Tewas dalam Serangan di Gereja Prancis, Wanita 44 Tahun Sampaikan Pesan Terakhir untuk 3 Anaknya

- 31 Oktober 2020, 12:10 WIB
Ilustrasi penikaman.
Ilustrasi penikaman. /Pixabay

PR DEPOK  Seorang wanita berusia 44 tahun yang merupakan ibu dari tiga orang anak menjadi salah satu korban tewas dalam serangan brutal di gereja di Nice, selatan Prancis.

Menurut kesaksian seorang pemilik restoran yang terletak tak jauh dari tempat kejadian, wanita tersebut sempat berlari ke arah restorannya untuk melarikan diri dan mencari pertolongan.

“Dia menyebarang jalan, semuanya berdarah, dan saudara laki-laki saya dan salah satu karyawan kami menyelamatkannya, memasukannya ke dalam restoran,” tutur pemilik restoran bernama Brahim Jelloule, dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Sun.

Baca Juga: Pelajar di Thailand Boikot Upacara Kelulusan sebagai Bentuk Kemarahan terhadap Sistem Monarki

Jelloule mengatakan bahwa pegawai dan saudaranya tidak mengetahui apapun, tetapi memutuskan untuk terlebih dahulu menolong wanita bernama Simone Barreto Silva itu.

“Tanpa memahami apapun, dan dia berkata bahwa ada seorang pria bersenjata di dalam gereja,” ujar Jelloule.

Meski sempat mendapatkan upaya untuk menyelamatkan nyawa Simone, tetapi wanita tersebut dinyatakan meninggal dunia 1 jam setengah usai ditikam oleh pelaku yang diidentifikasi sebagai Brahmi Aoussaoui, seorang migran asal Tunisia.

Baca Juga: Kemenag Ajukan Lebih dari 800 Ribu Guru dan Tenaga Pendidik Non PNS Terima Bantuan Subsidi Gaji

Namun, hal memilukan terungkap dari Simone, di mana wanita yang merupakan ibu dari tiga orang anak ini menyampaikan pesan terakhir untuk anak-anaknya.

“Beri tahu anak-anak saya bahwa saya mencintai mereka,” demikian pesan terakhir dari wanita tersebut.

Sementara itu, saat ditemui di rumah keluarga pelaku di Kota Sfax, Tunisia, ibu pelaku penyerangan, Kmar, menangis saat diinterogasi oleh pihak berwajib.

Baca Juga: Kirim Surat Terbuka kepada Emmanuel Macron, BPPLN: Kebebasan Berekspresi Ada Batasnya

“Dia mengatakan kepada saya bahwa dia ingin bermalam di depan katedral. Dia juga mengirimiku foto gedung itu. Dia meneleponku ketika dia tiba di Prancis,” ujar salah satu saudara pelaku, Yacine.

Pihak keluarga mengaku tak mengetahui rencana serangan dan terkejut ketika diberitahu bahwa pelaku bertanggung jawab atas serangan di gereja tersebut.

Menurut pejabat peradilan Tunisia, pelaku tidak teridentifikasi sebagai ekstremis sebelum meninggalkan negara tersebut, dan tidak dikenal oleh pasukan keamanan.

Baca Juga: Miles Films Umumkan Sekuel Film Petualangan Sherina 2 Dijadwalkan Tayang 2021 Mendatang

Sementara itu, menurut seorang migran yang bepergian ke Eropa bersamaan dengan Brahim Aoussaioui, pelaku terlihat terus menerus melakukan panggilan telepon saat ditahan di kapal karantina virus corona saat tiba di Italia.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: The Sun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah