PR DEPOK - Covid-19 atau virus corona hingga saat ini masih melanda sebagian wilayah dunia termasuk Indonesia.
Covid-19 merupakan salah satu virus yang dapat menular lewat udara.
Sejak pertama kali diduga ditemukan di Kota Wuhan, Tiongkok pada akhir tahun 2019 silam, jumlah kasus positif Covid-19 di dunia terus mengalami peningkatan.
Baca Juga: Anies Baswedan Diminta 'Bijak' Soal Rencana Monas Dijadikan Tempat Reuni Akbar PA 212
Pandemi Covid-19 yang masih melanda wilayah mayoritas dunia saat ini telah memberikan dampak kehidupann manusia hampir diseluruh sektor.
Pandemi Covid-19 juga berdampak pada peningkatan risiko campak.
Hal ini terjadi lantaran terganggunya proses imunisasi campak yang telah rutin dilakukan sebelumnya.
Baca Juga: Antisipasi Klaster Pilkada, KPU Wajibkan Penghitungan Suara Terapkan Protokol Kesehatan
World Health Organization (WHO) menyatakan, 94 juta anak berisiko tidak diimunisasi campak, dampak dari pengendalian pandemi Covid-19.
Hal ini terjadi lantaran terdapat jeda gerakan vaksinasi campak di 26 negara.
Hanya delapan dari negara yang dapat memulai kembali program imunisasi.
Baca Juga: Tak Ingin Miliki Anak Selamanya, Seorang Wanita 22 Tahun Putuskan untuk Ikat Tuba Falopinya
"Kami khawatir Covid-19 akan berkontribusi pada peningkatan jumlah kasus campak dan kematian," kata Gail McGovern, Presiden Palang Merah Amerika Serikat (AS) seperti dikutip oleh pikiranrakyat-depok.com dari RRI.
"Meskipun kasus campak yang dilaporkan lebih rendah pada tahun 2020, namun upaya yang diperlukan untuk mengendalikan Covid-19 telah mengakibatkan gangguan dalam vaksinasi dan upaya untuk mencegah dan meminimalkan wabah campak," demikian keterangan WHO dalam sebuah pernyataan.
Diketahui, sekitar 869.770 kasus campak dilaporkan di seluruh dunia.
Baca Juga: Soal Isu Pergantian Jawa Barat Jadi Provinsi Sunda Menguat, TB Hasanuddin: Sengaja Digoreng
Angka itu menjadi yang tertinggi sejak 1996.***