"Rekonsiliasi tahun ini tampak seperti percobaan kegagalan sebelumnya karena pemilu tanpa konsensus Palestina. Serta penyatuan kerja institusi tidak kondusif untuk menyelesaikan perpecahan," ucap Sawalha.
Sawalha kemudian menyerukan reformasi PLO terlebih dahulu.
Baca Juga: Joe Biden Perkuat Kemenangan di Georgia, Donald Trump: Waktu yang Akan Menjawab
Lalu diakhiri dengan faktor-faktor di balik divisi internal seperti menghentikan penangkapan, mencabut pengepungan di Gaza, menyerahkan gaji, serta menyetujui program kesatuan populer yang mencakup semua faksi.
"Penting untuk ikut terlibat dalam politik Inggris," ujarnya.
Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Sawalha karena menurutnya terlibat dalam politik Inggris merupakan bagian dari perjuangan untuk hak-hak Palestina.
Baca Juga: Sekolah Tatap Muka Tuai Polemik, Kurangnya Fasilitas Proteksi Covid-19 hingga Soal Kesehatan
Dr. Ghada Al-Karmi selaku akademisi dan penulis Palestina menekankan bahwa warga Palestina harus memanfaatkan kehadiran mereka di Inggris untuk menentang serangan yang dilanggengkan gerakan Zionis terhadap Palestina.
"Sayangnya, gerakan Zionis berhasil mendapatkan dukungan di Inggris. Jika anggota komunitas bekerja sama dalam berdiri sebagai satu kesatuan. Maka kami akan mencapai banyak hal untuk tujuan kami"
"Namun, masalah kami terletak pada individu yang terpisah-pisah. Kami butuh kepemimpinan Palestina yang bersatu dan dapat kami percaya," kata Al-Karmi.