Riset Terbaru: Pengguna Vape Lebih Rentan Terkena Covid-19

- 20 November 2020, 11:26 WIB
ILUSTRASI vape atau rokok elektronik.*
ILUSTRASI vape atau rokok elektronik.* /Pexels

PR DEPOK - Covid-19 atau virus corona hingga saat ini masih melanda sebagian wilayah dunia termasuk Indonesia.

Covid-19 merupakan salah satu virus yang dapat menular lewat udara.

Sejak pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Tiongkok pada akhir Desember 2019 silam, jumlah kasus positif Covid-19 di dunia terus mengalami peningkatan.

Baca Juga: Hari Anak Sedunia Diperingati Setiap 20 November, Simak Sejarahnya

Terbaru, kelompok peneliti UNC-Chapel Hill mengemukakan jika orang-orang yang menggunakan rokok elektrik atau vape secara signifikan mengubah respon kekebalan terhadap virus influenza.

Para peneliti lebih memusatkan perhatian pada potensi risiko kesehatan dari rokok elektrik.

Hal ini terutama berlaku dengan pandemi terkait pernapasan di seluruh dunia, terutama peningkatan Covid-19 di seluruh Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: Tanggapi Undangan Polda Metro Jaya Terkait Kerumunan Habib Rizieq, Wagub DKI: Saya Akan Datang

Namun jika dibandingkan dengan bukan pengguna, orang yang menggunakan rokok elektrik menunjukkan lebih banyak perubahan pada gen kekebalan di sel pernapasan mereka yang melawan virus.

Mereka juga menunjukkan tingkat antibodi yang tertekan.

Di banyak peserta penelitian, perubahan ini bahkan lebih terlihat di antara pengguna rokok elektrik daripada di kalangan rokok biasa.

Baca Juga: Bantah Menghilang, FPI Rilis Kondisi Terbaru Habib Rizieq Usai Acara di Petamburan

Temuan yang membandingkan pengguna rokok elektrik dengan rokok biasa dan non-perokok ini, dipublikasikan di jurnal medis American Journal of Respiratory Cell and Molecular Biology.

Sementara penelitian difokuskan pada model flu, temuan menunjukkan bahwa pengguna rokok elektrik cenderung lebih rentan terhadap virus pernapasan seperti Covid-19 daripada non-perokok.

"Kami tidak ingin melihat adanya penekanan gen, protein, dan antibodi yang terlibat dalam respons imun," kata Meghan Rebuli, asisten profesor di Departemen Pediatri UNC seperti dikutip oleh pikiranrakyat-depok.com dari PMJ News.

Baca Juga: Setuju Habib Rizieq Perlu Revolusi Akhlak, Maman Imanulhaq: Kedatangannya Harusnya Jadi Momentum

"Anda tidak boleh menghirup segala jenis produk yang berhubungan dengan tembakau, itu semua merusak respons kekebalan Anda terhadap virus," ujarnya.

Studi UNC juga membandingkan jenjang usia 18 dan 40 tahun.

Para peneliti menginokulasi partisipan dengan virus influenza hidup yang dilemahkan, model infeksi flu yang memungkinkan para peneliti untuk dengan aman memeriksa respons imun pada subjek.

Baca Juga: Tanggapi Pemanggilan Anies Baswedan Soal Kerumunan Habib Rizieq, Ini Kata Ridwan Kamil

Setelah membandingkan cairan hidung dan penanda lain dari pasien, para peneliti tidak menemukan bahwa viral load, atau jumlah virus pada seseorang, berbeda di antara ketiga kelompok dalam penelitian.

Tetapi mereka menemukan penurunan ekspresi gen kekebalan yang penting untuk pertahanan melawan virus serta gen yang membantu melatih tubuh untuk mencegah infeksi ulang.

Menurut Rebuli, penemuan ini bisa menjadi mengkhawatirkan untuk efektivitas vaksin di antara populasi ini.

Baca Juga: Kampanye Pilkada Diperketat, Uu Ruzhanul Ulum Perintahkan Pantau Paslon Terapkan Protokol Kesehatan

Gen ini juga penting untuk membantu sistem kekebalan tubuh mengenali virus yang pernah ditemuinya sebelumnya.

"Tubuh Anda dapat mengenali virus dan menciptakan semacam memori kekebalan yang mencegah Anda dari infeksi berikutnya. Begitulah cara kerja vaksin," ucapnya.

"Pertanyaannya di sini adalah, jika ini adalah vaksin yang 90 persen efektif, apakah akan sama efektifnya pada pengguna rokok elektrik, atau apakah mereka akan mengalami masalah dalam membangkitkan memori kekebalan?," tuturnya.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: PMJ News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah