Presiden Turki Tayyip Erdogan Usir Duta Besar AS yang Menuntut Pembebasan Warga Sipil, Kavala Atas Kudeta 2016

24 Oktober 2021, 12:40 WIB
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan. /Reuters

PR DEPOK - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa dia telah memerintahkan pada kementerian luar negerinya untuk mengusir duta besar Amerika Serikat dan sembilan negara Barat lainnya karena menuntut pembebasan dermawan Osman Kavala.

Hal tersebut diungkapnya pada Sabtu, 23 Oktober 2021 kemarin.

Sebagai informasi, apabila tujuh dari duta besar yang mewakili sekutu NATO benar-benar dilakukan, maka kemungkinan besar akan membuka keretakan terdalam dengan dengan negara barat dalam 19 tahun kekuasaan Erdogan.

Baca Juga: Kecam Taliban yang Usir Paksa Warga Desa Afghanistan Saat Masa Panen, HRW: Pelanggaran Serius

Sementara itu, Kavala, seorang kontributor untuk kelompok masyarakat sipil, telah dipenjara selama empat tahun.

Dirinya diketahui didakwa atas protes nasional pada tahun 2013 silam dan keterlibatannya dalam kudeta yang gagal pada tahun 2016.

Kendati demikian, dia berada dalam tahanan sementara persidangan terakhirnya berlanjut dan tetap menyangkal tuduhan tersebut. .

Di sisi lain, dalam pernyataan bersama pada Senin,18 Oktober 2021 lalu, duta besar Kanada, Denmark, Prancis, Jerman, Belanda, Norwegia, Swedia, Finlandia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat menyerukan penyelesaian yang adil dan cepat atas kasus Kavala.

Mereka dipanggil oleh kementerian luar negeri, yang menyebut bahwa pernyataan tersebut tidak bertanggung jawab.

“Saya memberikan perintah yang diperlukan kepada menteri luar negeri kita dan mengatakan apa yang harus dilakukan. 10 duta besar ini harus dinyatakan persona non grata (tidak diinginkan) sekaligus. Anda akan segera menyelesaikannya,” kata Erdogan dalam pidatonya di kota barat laut Eskisehir seperti dikutip Pikiranrakyat- Depok.com dari Reuters pada Minggu, 24 Oktober 2021.

Baca Juga: Hasil Kualifikasi F1 GP Amerika Serikat 2021: Verstappen Pole, Hamilton Menguntit di Posisi Kedua

“Mereka akan tahu dan mengerti Turki. Pada hari mereka tidak tahu dan mengerti Turki, mereka akan pergi,” katanya menjelaskan.

Sementara itu, Kedutaan AS dan Prancis serta Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan Erdogan.

Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa dia telah mengetahui laporan tersebut dan sedang mencari kejelasan dari Kementerian Luar Negeri Turki.

Sebelumnya, Erdogan telah mengatakan bahwa ia berencana untuk bertemu dengan Presiden AS, Joe Biden pada pertemuan puncak Kelompok 20 (G20) ekonomi utama di Roma akhir pekan depan.

Kemudian, satu sumber diplomatik mengatakan de-eskalasi dimungkinkan mengingat Turki sekarang telah membuat pendiriannya sangat jelas, dan mengingat potensi dampak diplomatik dari langkah seperti itu menjelang KTT G20 dan KTT iklim PBB di Glasgow mulai akhir bulan.

"Tidak ada instruksi yang diberikan kepada kedutaan," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS.

Baca Juga: Banyak Yang Meragukannya, Ronaldo: Saya Masih Akan Menutup Mulut dan Memenangkan Banyak Hal

Dia juga menambahkan bahwa ada kemungkinan keputusan dapat diambil pada pertemuan kabinet Turki pada hari Senin mendatang.

Sementara itu, Norwegia mengatakan kedutaannya belum menerima pemberitahuan dari otoritas Turki.

"Duta besar kami tidak melakukan apa pun yang menjamin pengusiran," kata kepala juru bicara kementerian Norwegia, Trude Maaseide.

Dia juga menambahkan bahwa saat ini Turki sangat menyadari pandangan Norwegia.

“Kami akan terus meminta Turki untuk mematuhi standar demokrasi dan aturan hukum yang negara itu berkomitmen di bawah Konvensi Hak Asasi Manusia Eropa,” kata Maaseide.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler