Kedua, elektabilitas dan popularitas Gerindra dan PDI-P di Depok cukup kuat. Itu tercermin dalam perolehan kursi di DPRD. Lalu, alasan yang terpenting karena kedua partai mempunyai persamaan ideologi.
Saat disinggung mengapa PKS tak bisa menjadi teman di Depok, Ikra menegaskan, PDI-P punya perbedaan ideologi mencolok dengan partai yang berada di luar barisan pemerintahan Presiden Joko Widodo itu.
"PDI-P dengan PKS di Pilkada Serentak 2018 boleh saja berkoalisi di beberapa wilayah, tapi mustahil untuk di Depok. Kami sudah muak dengan rezim yang selama ini memimpin. Depok sudah saatnya bangkit dari segala problematika kota yang ada," katanya.
Baca Juga: Viral, Video Pengendara Motor Berbondong-bondong Lawan Arus di Depok
Dikatakannya, ragam masalah di Depok yang tak kunjung beres merupakan imbas dari absennya pemimpin yang tak kuasa memahami realitas, sehingga lemah dalam menelorkan kebijakan.
"Menentukan ikon saja tidak konsisten. Katanya kota belimbing, tapi di mana belimbingnya? Sampai sekarang belum ada sentra budidaya belimbing," ucapnya.
Pembangunan kota, dia menjelaskan, harus bersifat inklusif, yang merangkul semua kalangan masyarakat.
"Masyarakat Depok itu multikultural. Tak semuanya Betawi. Jadi, pembangunan sifatnya harus partisipatif tanpa pandang bulu," tuturnya.
Baca Juga: Lokasi SIM Keliling Depok Hari Ini, 28 Januari 2020
Guna mewujudkan pembangunan inklusif itu, PDI-P bakal menggalang kekuatan politik dari partai lain, semisal Golkar, PAN, Demokrat, hingga PPP.