Untuk memudahkan transportasi, para pedagang tersebut membuat tempat transit di luar wilayah Depok bernama Kampung Bojong. Di sana, mereka mendirikan pondok-pondok sederhana untuk berkumpul, yang akhirnya disebut Kampung Pondok Cina.
Hal tersebut seolah dimudahkan lantaran di daerah tersebut secara kebetulan ada seorang tuan tanah keturunan Tionghoa.
Sehingga, mereka semua ditampung dan dibiarkan mendirikan pondok di sekitar tanah miliknya. Lalu saat menjelang subuh, para pedagang keturunan Tionghoa tersebut bersiap untuk berangkat ke pasar Depok.
Diceritakan, Pondok Cina pada zaman dahulu berupa hutan karet dan hamparan sawah dengan hanya 5 kepala keluarga keturunan Tionghoa saja yang tinggal di sana.
Baca Juga: Pendaftaran Duta Baca Kota Depok Sudah Dibuka, Segera Daftarkan Diri Anda
Selain berdagang, beberapa lainnya bekerja sebagai petani di sawah miliknya. Sebagian lagi bekerja di ladang kebun karet milik tuan tanah orang-orang Belanda kala itu.
Kota Depok yang dahulu merupakan kota administratif, dikenal sebagai penyangga ibu kota. Sebagian besar para penghuni yang mendiami wilayah Depok berasal dari Jakarta. Tidak heran jika dahulu pernah muncul pemeo singkatan Depok, yaitu Daerah Elit Pemukiman Orang Kota.***