Survei NEW INDONESIA: Elektabilitas PKS, PSI, dan Demokrat Naik, PDIP Anjlok Akibat Kasus Bansos Covid-19

7 Februari 2021, 21:08 WIB
Survei NEW INDONESIA menyebutkan dalam kurun waktu empat bulan elektabilitas Partai Demokrat, PKS, dan PSI mengalami kenaikan, sedangkan PDIP anjlok. /ANTARA.

PR DEPOK – Survei NEW INDONESIA memaparkan sejumlah partai politik (parpol) yang saat ini memiliki tingkat keterpilihan tinggi hingga rendah di masyarakat.

Berdasarkan survei itu, dalam kurun waktu empat bulan elektabilitas Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengalami kenaikan, sedangkan PDI Perjuangan (PDIP) anjlok.

Direktur Eksekutif NEW INDONESIA Research & Consulting, Andreas Nuryono mengatakan elektabilitas partai politik bergerak dinamis.

Baca Juga: Banjir Rendam Semarang dan Bukan Jakarta, Rocky: yang Kecewa Itu Risma, Padahal Ia Datang untuk Menyaksikannya

Andreas menyebut PDIP masih tetap unggul, tetapi elektabilitasnya anjlok. Sebaliknya, pada Partai Demokrat elektabilitasnya bertambah.

“Elektabilitas Demokrat melesat, PDIP anjlok, sedangkan PKS dan PSI naik elektabilitasnya,” ujar Andreas seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara pada Minggu, 7 Februari 2021.

Dia menuturkan, Elektabilitas PDIP sebelumnya naik dari 29,3 persen, pada survei Juni 2020 menjadi 31,4 persen, dan pada survei Oktober 2020. Tetapi pada survei terakhir, elektabilitasnya merosot menjadi 23,1 persen.

Baca Juga: Usai Berselisih Paham, Natalius Pigai Akhirnya Bersedia Bertemu Abu Janda yang Ingin Klarifikasi Makna Evolusi

Sementara itu, kata dia, Demokrat sebelumnya turun dari 3,8 persen pada Juni 2020 menjadi 3,2 persen pada Oktober 2020.

Sedangkan pada survei terakhir, lanjutnya, Demokrat elektabilitasnya naik tinggi menjadi 8,2 persen, membuat posisi Demokrat berada di empat besar.

Menurut Andreas, hal yang membuat elektabilitas PDIP turun salah satunya karena terkait kasus korupsi bantuan sosial Covid-19 yang melibatkan Menteri Sosial, Juliari P. Batubara yang berasal dari PDIP.

Baca Juga: Anies Baswedan Ajak Susi Pudjiastuti Bintangi Iklan Paket C, Susi: Dia Bingung Paket C-nya Nggak Laku

“Pengungkapan kasus korupsi bantuan sosial penanganan Covid-19 yang melibatkan menteri dan sejumlah politisi asal PDIP membuat citra parpol penguasa ini melorot tajam,” terang Andreas.

Kemudian, Andreas mengatakan bahwa parpol-parpol oposisi, khususnya Demokrat, telah cukup berhasil memanfaatkan kemerosotan dukungan terhadap PDIP.

“Naiknya isu kudeta terhadap kepemimpinan Demokrat bisa jadi upaya untuk terus mendulang elektabilitas,” ucap Andreas.

Baca Juga: Sebut Demokrat Partai Kecil yang 'Sok Hebat', Dewi Tanjung: Judul Kudeta Penggulingan Ketum Buat Nyai Geli!

PKS naik dari 5,5 persen pada Juni 2020 menjadi 6,1 persen pada Oktober 2020 dan terakhir 7,7 persen. PSI naik dari 4,2 persen pada Juni 2020 menjadi 4,6 persen pada Oktober 2020 dan terakhir menjadi 4,8 persen.

Parpol-parpol lain cenderung stabil atau turun, misalnya Gerindra dan Golkar. Gerindra berada pada posisi dua besar dari 12,5 persen menjadi 12,6 persen pada survei terakhir. Sedangkan Golkar menyusul di tiga besar dari 9,7 persen menjadi 9,1 persen.

Berikutnya, PKB dari 6,8 persen turun menjadi 6,4 persen, Nasdem dari 4,1 persen menjadi 3,5 persen, PPP dari 2,4 persen menjadi 2,0 persen, dan PAN dari 1,6 turun menjadi 1,0 persen.

Baca Juga: Ganjar Disebut Tidak Dikritik Soal Banjir Beda dengan Anies, Teddy: Ya Hujat Aja Sendiri Gak Perlu Ajak-ajak!

“Yang mengejutkan, Partai Ummat yaitu parpol baru besutan Amien Rais dengan elektabilitas 1,1 persen, atau 0,1 persen di atas PAN, berhasil menggerus basis suara PAN,” jelas Andreas.

Lebih lanjut Andreas menyebut, parpol-parpol lainnya hanya mampu meraih elektabilitas di bawah 1 persen, di antaranya Perindo 0,4 persen, Hanura 0,2 persen, dan Berkarya 0,2 persen.

Parpol baru lain yang mulai mendapatkan dukungan adalah Gelora 0,1 persen. Sisanya tidak meraih dukungan, yaitu PBB, PKPI, Garuda, dan parpol baru Masyumi Reborn. Kemudian, masih ada yang tidak tahu atau tidak jawab sebesar 19,6 persen.

Baca Juga: Klaim Jakarta tak Banjir Bukan Hasil Anies, Teddy: Dia Gak Perlu Kerja, Tinggal Teruskan Program Pendahulunya

Survei NEW INDONESIA Research & Consulting dilakukan pada 20-31 Januari 2021, dengan sambungan telepon kepada 1.200 responden yang dipilih acak dari survei sebelumnya sejak 2019. Margin of error plus minus 2,89 persen, tingkat kepercayaan 95 persen.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler