Fosil Manusia Purba Modern Berusia 7.200 Tahun di Leang Panninge Sulawesi Selatan Mulai Diteliti

3 September 2021, 07:40 WIB
Kerangka manusia purba modern berusia 7.200 tahun yang diberi nama /Antara

PR DEPOK – Penelitian terhadap fosil manusia purba modern (Homo Sapiens) yang sebelumnya ditemukan di Leang Panninge, Sulawesi Selatan kini mulai dikembangkan.

Para peneliti dan arkeolog memperkirakan fosil manusia purba modern Leang Panninge tersebut berusia 7.200 tahun.

Menurut Iwan Sumantri, salah seorang peneliti dan juga arkeolog Unhas, timnya bisa membuat sampel fosil manusia purba modern Leang Panninge.

Baca Juga: Esport Resmi Dipertandingkan dalam PON XX Papua, Berikut Syarat Pendaftarannya

"Sampai saat ini masih terus diteliti. Ke depan saya berharap sekali, kita bisa membuat sampel atau melakukan tes DNA (Deoxyribonucleic Acid) bahwa penduduk utamanya Suku Bugis Makassar, apakah punya hubungan DNA atau tidak dengan penemuan kerangka ini," ujar Iwan Sumantri, di Makassar, pada Kamis, 2 September 2021 seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.

Untuk diketahui, fosil manusia purba modern ditemukan di kawasan Karst Maros-Pangkep, Wallace, Leang Panninge, Desa Wanuawaru, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan pada tahun 2015.

Ketika pertama kali ditemukan, posisi fosil tersebut digambarkan dengan punggung melengkung, kepala menunduk, serta tangan dan kaki dilipat ke dekat torso.

Para penulis di jurnal ini menyebut, pertama kalinya ditemukan DNA manusia purba di wilayah itu.

Baca Juga: Absen pada Laga Selanjutnya di Pertandingan Portugal Melawan Azerbaijan, Cristiano Ronaldo: Saya Minta Maaf

"Besse" sejauh ini dianggap bagian dari orang Toal, karena saat ditemukan, di sampingnya terdapat alat-alat jenis Toalean, alat yang dipakai orang Toal.

Penelitian ini diinisiasi oleh Prof Akin Duli selalu Dekan FIB Unhas bersama para peneliti dan arkeolog beserta tim dari Universitas Sains Malaysia.

Mereka melakukan eksplorasi di bagian depan lokasi teras Leang Panninge dan menemukan fosil kerangka manusia purba modern.

Fosil kerangka manusia purba modern itu kemudian dinamai "Besse" sebagai bentuk penghargaan dan kesepakatan para peneliti.

Baca Juga: Olivier Giroud Positif Covid-19, Kabar Buruk bagi AC Milan

Adapun “Besse” adalah julukan khas bagi anak perempuan Suku Bugis karena fosil tersebut diperkirakan berusia 17-18 tahun saat meninggal.

Akan tetapi, proses ekskavasi fosil manusia purba tersebut tidak bisa dilanjutkan karena adanya suatu keterbatasan.

Pada 2017, ekskavasi dilanjutkan dengan pengupasan dinding luar lokasi kerangka itu berdiam.

Pada 2018, "Besse" diangkat untuk diteliti lebih lanjut.

Baca Juga: Akhirnya, Sekjen DPR Batalkan Pengadaan Vitamin Rp2 Miliar Usai Dengar Masukan Publik

Lalu pada 2019, penelitian kembali dilanjutkan atas kerja sama dengan Griffith University Australia, Puslit Arkenas Balar, Unhas, serta BPCB dengan melakukan perluasan dan pendalaman galian di lokasi hingga berhasil mengumpulkan lebih banyak sampel untuk pertanggalan sekaligus meneliti DNA

Selanjutnya, sampel DNA itu dikirim ke Max Planck Institute di Jerman untuk dianalisis.

Hasilnya, mengandung genetik nenek moyang sama dengan orang Papua Nugini, Aborigin di Australia, serta diketahui merupakan spesies lain dari Homo Sapiens atau manusia purba Denisovan yang pernah ditemukan di Siberia pada 2010.

Baca Juga: Bukan Manchester United, Eks The Citizens Klaim Cristiano Ronaldo Lebih Cocok Main di Klub Ini

Para peneliti menyebutkan bahwa penemuan ini cukup fantastis, karena sangat jarang sekali ada DNA terawetkan di dalam kerangka Besse, sebab negara tropis sangat sulit menyimpan genom DNA, sehingga menjadi analisis DNA yang pertama di Maros, dan Indonesia.

Sejauh ini, pemerintah Kabupaten Maros melalui Tim Ahli Cagar Budaya telah menetapkan Leang Panninge sebagai situs cagar budaya dan dilindungi undang-undang.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler