PR DEPOK – Ekonom senior, Rizal Ramli turut menyoroti kapal China yang baru-baru ini dilaporkan wara-wiri di Laut Natuna Utara, Indonesia.
Awalnya, Rizal Ramli melalui akun Twitter pribadinya @RamliRizal merespons cuitan Mantan Juru Bicara Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Adhie Massardi yang menyinggung kapal China dengan baliho.
Rizal Ramli menilai pernyataan Adhie Massardi soal kapal China dengan baliho tersebut dilontarkan untuk menyindir seseorang.
Baca Juga: Buntut Serangan Pesawat Tak Berawak di Kabul Bulan Lalu, Pentagon: Kami Salah dan Mohon Maaf
“Satire . Mosok beraninya sama baliho doang,” ujarnya.
Sontak Rizal Ramli turut melontarkan sindiran tersebut kepada pihak yang hanya berani melawan baliho.
Ia pun menantang sosok tersebut untuk menghadapi kapal China di Laut Natuna Utara dibanding hanya mengurus baliho.
Baca Juga: Tanggapi Kesepakatan AUKUS, Pakar Sebut Australia Bisa Jadi Target Serangan Nuklir China
“Jangan hanya berani lawan Baliho. Hadapi dong intrusi kapal2 nelayan Tiongkok di Laut Natuna Utara, spt laporan Bakamla. Jangan cemen dong,” kata Rizal Ramli.
Sebelumnya, viral beredar video kapal nelayan yang merekam keberadaan kapal perang asing.
Atas mencuatnya kabar banyak kapal asing berada di Laut Natuna, Panglima Komando Armada I TNI AL, Laksamana Muda TNI Arsyad Abdullah pun angkat bicara.
Menurutnya, kapal perang yang viral dalam video itu mungkin sedang melintas damai atau sedang melintas di Laut Natuna Utara, sebagai wilayah zona ekonomi ekslusif Indonesia.
Di atas ZEE Indonesia juga ada hak pelayaran internasional atau freedom of navigation, yakni semua negara memiliki hak lintas damai.
Meski demikian, Arsyad Abdullah memastikan kapal-kapal perang Indonesia (KRI) selalu bersiaga di perairan Laut Natuna Utara.
Baca Juga: Ria Ricis Menangis Haru Saat Dirinya Berhasil Mengabulkan Permohonan Terakhir Ayahnya
Ia menegaskan tugas TNI AL berdasarkan UU Nomor 34/2004 tentang TNI, melaksanakan tugas menjaga dan mengamankan kedaulatan di perairan nasional dan hak berdaulat nasional di perairan, termasuk Laut Natuna Utara, dengan menggelar operasi “Siaga Segara 21”.***