PR DEPOK - Mantan politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahean turut menanggapi pernyataan mantan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan soal temuannya pada penyelidikan singkat terkait dugaan bisnis PCR.
Novel menyebut ada praktik monopoli dalam bisnis PCR yang mengakibatkan harga tes COVID-19 di Indonesia menjadi mahal karena dibebankan pada negara.
Menanggapi hal tersebut, Ferdinand memberikan komentar pedas bahwa apabila semua penyidik seperti Novel, maka swasta bisa bangkrut dan pejabat korupsi tidak akan diganggu.
"Kalau semua penyidik begini, maka Swasta bangkrut, Pejabat Korupsi tdk diganggu..!" katanya seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com pada Selasa, 30 November 2021.
Ia pun menganggap Novel Baswedan sesat soal penyidikannya mengenai bisnis PCR lebih menarik karena menurutnya ada dugaan kolusi atau korupsi.
"Logika Sesat Penyidik..! PT GSI itu tidak menggunakan APBN atau APBD dia bilang lebih menarik daripa Formula E dan Proyek2 Kelebihan Bayar yang nyata dan kuat dugaan korupsinya menggunakan APBD," kata dia.
Sebelumnya, mantan penyidik KPK, Novel Baswedan mengaku telah menemui beberapa pihak yang mengetahui seluk beluk bisnis kontroversial tersebut.
Lebih lanjut, Novel Baswedan mengatakan bahwa dirinya menemukan ada dugaan kolusi atau korupsi di bisnis kontroversial tersebut dan baginya itu sangat menarik.
Menurutnya, ada praktik monopoli dalam bisnis PCR yang mengakibatkan harga tes Covid-19 di Indonesia itu menjadi mahal.
Dengan penguasaan itu di Indonesia, kata dia, harga PCR menjadi sangat mahal karena dibebankan pada negara dengan pembiayaan Covid-19 dan juga pada rakyat.
Untuk diketahui, Kaukus Masyarakat Sipil untuk Demokrasi dan Keadilan Sosial menyatakan siap untuk mengaudit PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) yang salah satu sahamnya dimiliki oleh Menko Marves, Luhut Binsar Panjaitan.
Salah satu anggota Kaukus Masyarakat Sipil, Ferry Juliantono mengatakan, pihaknya yang tergabung dalam Tim Auditor Rakyat, akan melakukan audit bersama kantor akuntan publik pada PT GSI apabila Luhut bersedia.***