PR DEPOK - Kabar pembubaran Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman karena akan dilebur dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendapat sorotan dari berbagai kalangan.
Eijkman lantas berpamitan melalui akun Twitter @eijkman_inst setelah 33 tahun berkiprah dalam pengembangan penelitian biologi molekuler dnegan menyematkan tagar #KamiPamit.
Soal Eijkman yang pamit sembari menyematkan tagar #KamiPamit karena akan dilebur dengan BRIN, kemudian ditanggapi oleh aktivis Gerakan Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, Zulfery Yusal Koto (Ferry Koto).
"Mungkin admin akun Eijkmen termasuk honorer yg non peneliti sehingga menulis twit #KamiPamit karena mau alih status ke RSCM. Mungkin," kata Ferry seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Twitter @ferrykoto pada Minggu, 2 Januari 2022.
"Wajarlah, yg non peneliti tak semua ke Pusat Riset, wong ini lembaga riset bukan lembaga administrasi, yg harus kuat dgn SDM Periset. End," pungkas Ferrry mengakhiri cuitan.
Sebagaimana kabar yang beredar, Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman melebur dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Terkait peleburan tersebut, Eijkman kemudian mengunggah foto bersama para peneliti yang pernah bekerja di lembaga itu, melalui akun Twitter @eijkman_inst.
"Terima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia atas dukungan selama 33 tahun Lembaga Eijkman berkiprah dalam pengembangan penelitian Biologi Molekuler Kesehatan & Obat di Indonesia dan dunia," tulis lembaga itu.
Lembaga ini pun mengajak semua agar menjaga semangat dan etos kerja para penelitinya di mana pun berada.
"Mari jaga spirit & etos kerja dimanapun kita berada. #EijkmanForIndonesia #KamiPamit," tuturnya.
Sebagai informasi, lembaga ini sudah berdiri sejak 1888 pada masa kolonial Belanda yang didirikan oleh peneliti terkemuka Belanda saat itu, yakni Christiaan Eijkman.
Namun dalam perjalanannya, lembaga ini sempat dilebur dengan RS Cipto Mangunkusumo lantaran masalah politik dan ekonomi pada 1960-an.
Lembaga Eikjman terlahir kembali pada Desember 1990 berkat inisiatif dari BJ Habibie, yang pada masa itu menjabat Menteri Riset dan Teknologi.
Kendati demikian, lembaga ini baru sah sebagai lembaga pada 1992. Lembaga ini kemudian dipimpin oleh Profesor Sangkot Marzuki hingga 2014. Selanjutnya kepemimpinan dipegang oleh Prof Amin Soebandrio.***