PR DEPOK - Komisaris PT Pelni Dede Budhyarto kembali menyoroti ekonom senior Faisal Basri yang belum lama ini meramal rezim Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan ambruk sebelum 2024.
Dede Budhyarto melalui akun Twitter pribadinya mengait-ngaitkan dengan keinginan Faisal Basri yang sempat mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di 2007 dan 2012 silam.
"Gagal sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pemilukada Jakarta di 2007 dan 2012 itu sakitnya lama yah," ujar Dede Budhyarto seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Twitter @kangdede78 pada Senin, 31 Januari 2022.
Masih di cuitan yang sama, Dede Budhyarto kembali menyindir Faisal Basri yang justru dikalahkan oleh Presiden Jokowi yang saat ini sudah selama dua periode memimpin Indonesia.
"Apalagi yg mengalahkan anda di Pilkada 2012 skrng sdh 2 periode jadi Presiden"
"Lawan tukang meubel emang berat bro @FaisalBasri, sdh tepat alih profesi sbg “peramal”," kata Dede Budhyarto menambahkan.
Baca Juga: Anak Usia Dini Bisa Dapat Rp3 Juta, Berikut Cara Daftar Bansos Balita Online 2022 Lewat HP
Diketahui bersama, ekonom senior Faisal Basri belum lama ini memberikan kritik pedas kepada pemerintahan Presiden Jokowi.
Faisal Basri diketahui memprediksi jika rezim Presiden Jokowi bakal ambruk secara moral sebelum 2024.
Menurutnya, hal tersebut bisa terjadi lantaran adanya konflik kepentingan di dalam tubuh pemerintah, para oligarki sebetulnya mirip dengan koalisi jahat.
Dia pun menyebut saat ini situasi Indonesia sudah berada di momen yang kritis, karena tiap elemen di pemerintah tidak akan langgeng bila merasa tidak mendapatkan 'bagian' yang sama besar.
Sementara itu, terkait kritikan pada Presiden Jokowi ini, Faisal Basri justru pernah mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada Jakarta pada 2007 silam, tetapi perjuangannya kandas setelah PDIP batal mendukungnya.
Seolah tidak kapok, Faisal Basri kemudian kembali maju di Pilkada 2021 sebagai calon Gubernur DKI Jakarta bersama pasangannya Triani Benjamin melalui jalur independen atau nonpartai, meski kembali gagal di putaran pertama.***