Sejarah Hari Dokter Nasional, Dokter Pejuang Kemanusiaan dan Kemerdekaan

24 Oktober 2022, 19:50 WIB
Ilustrasi dokter. /Pexels/Gustavo Fring

PR DEPOK – Sejarah Hari Dokter Nasional di Indonesia dimulai pada tahun 1950, padahal untuk organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) lahir pada tahun 1911.

Organisasi Dokter Indonesia sebelumnya diberi nama Vereniging van Indische Artsen dan pada tahun 1926 berubah nama menjadi Vereniging Van Indonesische Genesjkundigen (VGI).

Pada masa pendudukan Jepang organisasi ini dibubarkan dan berganti menjadi Jawa Izi Hooka-kai pada tahun 1943 setelah mengadakan kongres di Solo.

Baca Juga: Gratis! 13 Link Twibbon Hari Dokter Nasional 2022, Tersedia dengan Berbagai Desain Keren

Lalu, Dr. Seni Sastromidjojo beliau mengusulkan PB Perthabin dan DP-PDI mengadakan pertemuan dengan hasil “Muktamar Dokter Warganegara Indonesia (PMDWNI).

Muktamar tersebut diketuai Dr. Bahder Djohan pada tanggal 22-25 Desember 1950.

Muktamar pertama Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) di laksanakan di Desa Park dan diresmikan pada bulan Oktober.

Muktamar itu menghasilkan kesepakatan Dr. sarwono Prawirohardjo menjadi Ketua Umum IDI pertama.

Baca Juga: Demi Kesehatan Mental, Dokter Jiwa Sarankan Hindari Lingkungan Negatif serta Orang-orang Toxic

Dalam masa penjajahan peran dokter selain bekerja untuk kemanusiaan mereka pun berkiprah dalam memerdekakan Indonesia dari penjajahan sebut saja seperti dr. Sutomo, Wahidin Sudirohusodo, Tjipto Mangoenkoesomo, dan lain-lain tercatat dalam sejarah.

Dokter tersebut tergerak tak hanya memerangi penyakit namun juga memerangi penjajahan di Indonesia oleh kolonialisme.

Profesi dokter di Indonesia pertama kali lahir lewat keputusan Gubernemen No. 22 tentang penyelenggaraan pendidikan kedokteran di Indonesia (Nederlandsch Indie) pada tanggal 2 Januari 1849.

Baca Juga: 5 Kesalahan Utama Perawatan yang Bisa Merusak Kulit, Begini Saran dan Penjelasan Dokter

Kebijakan tersebut dibuat karena pemerintah Hindia Belanda saat itu kewalahan melawan wabah malaria.

Lulusan pertama dari sekolah dokter tersebut sebanyak 12 orang dan diberi gelar ‘Dokter Djawa’ setelah menempuh pendidikan selama dua tahun.

Meski diberi gelar dokter, lulusan-lulusan dokter hanya dipekerjakan sebagai ‘mantri cacar’.

Pada tahun 1898, sekolah pendidikan dokter yang sebenarnya didirikan dengan nama STOVIA baru lah lahir.

Dari sinilah mulai terlahir dokter-dokter pejuang kemerdekaan.***

Editor: Rahmi Nurfajriani

Tags

Terkini

Terpopuler