Derita Korban Gempa Lombok, Tua Renta Hidup di Rumah Tak Layak Huni dan Minim Perhatian Pemerintah

14 Juli 2020, 19:31 WIB
Ilustrasi rumah terbuat dari bambu.* /Antara/

PR DEPOK - Memiliki hunian yang nyaman tentu menjadi impian banyak masyarakat. Bukan tanpa alasan, pasalnya rumah dijadikan sebagai tempat untuk beristirahat maupun berteduh terutama bagi seseorang yang sudah berkeluarga.

Namun, hal tersebut tampaknya tidak dirasakan oleh seorang warga bernama Manhep asal Dusun Sira Bat, Desa Sigar Penjalin, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok utara ini.

Dilansir RRI oleh Pikiranrakyat-Depok.com, Selasa 14 Juli 2020, dengan mata berkaca-kaca ia menuturkan harapannya untuk memiliki rumah yang layak huni bagi keluarganya.

Baca Juga: Kantongi Rekaman CCTV Pembunuhan Editor Metro TV, Polda Metro Jaya: Masih Kami Cari Bukti Lainnya 

Pasalnya, rumah Manhep saat ini masih rusak akibat diguncang gempa yang amat dahsyat pada tahun 2018 dan belum diperbaiki maupun dibangun kembali oleh pemerintah setempat.

Lebih lanjut, Manhep menceritakan bahwa saat ini ia beserta keluarganya terpaksa untuk tinggal di rumah yang hanya dibangun dengan bahan bambu yang dikerjakan oleh anak kandungnya.

"Kalau musim hujan ya bocor karena belum diperbaiki seperti rumah yang lainnya," kata Manhep.

Besar harapan perempuan berusia 65 tahun itu agar pemerintah setempat segera memperhatikan dengan membangun kembali rumah yang layak untuk ia dan keluarganya.

Baca Juga: Bukan Hal Baru, Jokowi Akan Kembali Bubarkan 18 Lembaga Negara dalam Waktu Dekat 

"Sampai sekarang belum ada tanda-tanda akan diperbaiki dan hanya diberikan bantuan seadanya," ucapnya.

Meski mendapatkan bantuan, Manhep menuturkan bahwa dirinya masih harus mencari barang-barang rongsokan. Hal itu dilakukan semata-semata untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

Selain Manhep, terdapat seorang perempuan lansia lainnya yang mengalami hal serupa yakni Makiyah yang berusia 80 tahun hingga kini rumahnya belum mendapatkan sentuhan apa pun dari pemerintah setempat dan terpaksa untuk berteduh di bekas rumahnya yang luluh lantak akibat gempa tahun 2018.

Besar harapannya bahwa pemerintah setempat dapat dengan segera memperbaiki rumahnya serta mendapatkan bantuan sehingga impian memiliki rumah layak huni dapat segera terwujud.

Baca Juga: Jokowi Akan Bubarkan 18 Lembaga Negara, Bamsoet: Kaji Kembali Agar Tidak Ada Perlawanan 

"Kadang saya harus tidur di rumah tetangga karena belum jadi. Kalau tidur di rumah, saya tutupi dengan anyaman bambu, tidak jauh dari kamar mandi," ujar Makiyah.

Sejak kejadian itu, ibu empat anak ini mengatakan bahwa dirinya masih memiliki rasa trauma atas kejadian gempa kala itu. Maka dari itu, dirinya jarang untuk tinggal di rumah sementara yang ditempati.

Meski usianya tak lagi muda, Makiyah masih tetap bekerja sebagai kuli panggul bahan bangunan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Baca Juga: Kasus Baru Stabil di Angka 1.000, Jokowi Prediksi Puncak Covid-19 di Agustus-September 

"Pergi mengangkat dan menurunkan pasir, kerikil, ataupun bahan bangunan lainnya ke sampan. Dapatnya hanya Rp 10.000 karena saat ini sepi. Kalau dulu sebelum Covid-19, bisa dapat sampai Rp 50.000," kata Makiyah.

Tangan renta yang seharusnya dimanfaatkan untuk bersujud dan bersyukur kepada Sang Pencipta masih harus ia gunakan untuk mengais rupiah.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler