Mengenal Sosok Haji Rasul Ayah dari Buya Hamka, Ulama Kritis dari Minangkabau pada Awal Abad 20-an

22 April 2023, 12:00 WIB
Ilustrasi daerah Minangkabau. Lirik lagu Andam Oi /Pexels.com/Rafli

PR DEPOK - Menjelang Lebaran 2023, masyarakat disuguhkan dengan film biopik tentang ulama sekaligus sastrawan Indonesia.

Film biopik besutan sutradara Fajar Bustomi ini menceritakan Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau biasa disapa dengan nama penanya Buya Hamka.

Ide pembuatan film biopik Buya Hamka datang dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) saat Din Syamsuddin menjabat Ketua MUI.

Baca Juga: Ada Gerhana Matahari 20 April 2023, MUI Anjurkan Amalkan Beberapa Hal Ini

Film biopik Buya Hamka membagi 3 volume kisah perjalanan hidupnya sebagai ulama, politisi, aktivis, dan sastrawan.

Film biopik Buya Hamka volume 1 yang tayang pada Lebaran 2023 menyoroti kehidupan awalnya sebagai guru agama dan wartawan di majalah Pedoman Masyarakat.

Pada masa awal kehidupannya sebagai ulama, Buya Hamka tidak dapat lepas dari sosok ayahnya.

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah Kota Depok Hari Ini Kamis, 29 Ramadhan atau 20 April 2023

Ayah dari Buya Hamka adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau dikenal sebagai Haji Rasul.

Haji Rasul menempuh pendidikan dasarnya di Minangkabau, dan melanjutkan pendidikan agamanya di Mekkah pada 1849 selama 7 tahun.

Setelah kembali ke Minangkabau, Haji Rasul dijuluki sebagai Tuanku Syaikh Nan Mudo. Alhasil, Haji Rasul kembali ke Mekkah untuk belajar kembali di sana.

Pada 1906 Haji Rasul kembali ke Minangkabau dan mengajar agama Islam secara lintas kampung dan kota.

Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 51 Sudah Dibuka! Login Dashboard Prakerja Sekarang atau Daftar di prakerja.go.id

Dalam setiap tablighnya, Haji Rasul kerap bersifat kritis dan koersif. Bahkan, Haji Rasul menentang adat istiadat yang bersifat diskriminatif terhadap orang lain, secara faktual sikap itu ditujukan kepada dua teman ulamanya yaitu Syaikh Djambek dan Haji Abdullah Ahmad.

Haji Rasul kerap melakukan perjalanan dakwah keluar Minangkabau antara lain Malaya dan Jawa. Di Jawa, Haji Rasul membina hubungan dengan Sarekat Islam dan Muhammadiyah.

Haji Rasul adalah sosok pendiri Muhammadiyah di Minangkabau pada 1925 dan dengan cepat meluas di sana. Haji Rasul memang ulama yang aktif dalam gerakan.

Baca Juga: Link Streaming Liga Champions Bayern Munchen vs Manchester City, Kamis 20 April 2023

Suraunya bertumbuh menjadi ekosistem kritis yang kemudian melahirkan partai politik yaitu Persatuan Muslimin Indonesia pada tahun 1930-an.

Pada 1929 sampai 1939, Haji Rasul kerap melakukan dakwah ke seluruh Sumatera untuk menyampaikan pemikirannya.

Namun, pada 1941, Haji Rasul ditahan oleh pemerintah Kolonial Belanda dan dibuang ke Sukabumi dengan alasan bahwa kewibawaan dan kekuasaan pemerintah serta peraturan adat tidak berfungsi selama ia masih tinggal di daerahnya.***

 
Editor: Nur Annisa

Sumber: Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942

Tags

Terkini

Terpopuler