Apa Penyebab Terjadinya Perbedaan Awal Puasa Ramadan? Ini Kata BRIN

8 Maret 2024, 16:45 WIB
BRIN buka suara terkait adanya perbedaan awal puasa Ramadan 2024 antara pemerintah dan ormas, yakni kriteria serta otoritas. /PIXABAY/mohamed_hassan

PR DEPOK - Perbedaan awal puasa Ramadan kerap terjadi di Indonesia. Hal ini dapat menimbulkan pertanyaan di tengah masyarakat, apa penyebab terjadinya perbedaan awal puasa Ramadan?

Terkait hal tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan alasan terjadinya perbedaan awal puasa Ramadan dan persamaan Lebaran di Indonesia pada 2024.

"Kalau dilihat dari prinsip kalender, perbedaan itu terjadi karena perbedaan kriteria dan perbedaan otoritas," kata Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin seperti dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Antara, Jumat, 8 Maret 2024.

Baca Juga: Syarat Kartu Prakerja Gelombang 64 agar Bisa Lolos Seleksi dan Dapat Insentif Rp4,2 Juta

Dia mengatakan kriteria hilal yang diadopsi secara resmi pemerintah Indonesia dan ormas-ormas Islam adalah tinggi minimal 3 derajat Celcius dan elongasi (jarak pisah bulan dengan matahari) mencapai 6,4 derajat.

Menurutnya, kriteria tersebut telah disepakati oleh Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura atau disebut MABIMS.

Wilayah yang sudah memenuhi kriteria 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat adalah Benua Amerika. Sementara Asia Tenggara belum memenuhi kriteria tersebut sehingga kemungkinan besar hasil rukyat pada 10 Maret 2024 tidak ada yang berhasil. Dia mengatakan faktor itulah yang membuat awal Ramadan di Indonesia jatuh pada 12 Maret 2024.

Baca Juga: 5 Rekomendasi All You Can Eat Terkenal Lezat dan Enak di Surabaya, Berasa di Korea dan Jepang

Namun, ada organisasi masyarakat atau ormas yang menggunakan kriteria berbeda yaitu wujudul hilal. Di Indonesia, posisi Bulan sudah di atas ufuk dan sudah positif pada 10 Maret 2024. Di Jakarta, posisi Bulan tingginya mencapai 0,7 derajat dan elongasi sudah di atas ufuk, tetapi masih kurang dari 6,4 derajat.

Dengan pertimbangan tersebut, organisasi masyarakat itu kemudian memutuskan awal Ramadan jatuh pada 11 Maret 2024.

"Pemerintah mengumumkan pada sidang isbat, tapi otoritas ormas dan pimpinan ormas sudah mengumumkan lebih dahulu," ujarnya.

Baca Juga: Daftar Daerah yang Sudah Dapat Bansos BPNT Tahap 2 2024, Apakah Daerahmu Termasuk?

Menurutnya, meski awal Ramadan berbeda, terdapat persamaan untuk tanggal Lebaran, baik pemerintah maupun organisasi masyarakat.

Pada 9 April 2024, posisi Bulan di wilayah Indonesia sudah cukup tinggi yakni lebih dari 6 derajat dan elongasi mencapai 8 derajat. Faktor tersebut secara hitung-hitungan sudah memenuhi kriteria MABIMS, yaitu minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

"Saat sidang isbat tanggal 9 April 2024 akan diputuskan bahwa Idul Fitri jatuh pada 10 April 2024. Itu sama dengan kriteria wujudul hilal yang sudah dilakukan salah satu ormas, sehingga nanti Idul Fitri akan seragam tanggal 10 April 2024," kata Thomas.

Baca Juga: Gak Sampai 5 Menit! Ini Cara Cek Penerima Kartu Lansia Jakarta 2024 Online Pakai HP via Link Resmi

Kasubdit Hisab Rukyat dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama Ismail Fahmi mengimbau masyarakat untuk menghormati perbedaan dan saling menghargai terkait dengan perhitungan awal Ramadan.

"Ramadan adalah bulan suci agar kita suci, maka kita mengawali dengan hal yang suci, jauhkan kata-kata yang justru membuat kegalauan," ujar Ismail.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler