Jadi Negara ke-3 dengan Pertumbuhan Populasi Internet Terbesar, Bamsoet Minta Warganet Tangkal Hoaks

22 Oktober 2020, 22:24 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet). /HO-Humas MPR RI/am

PR DEPOK - Akses internet dan media sosial di masa modern sangatlah mudah, sehingga banyak orang yang dengan mudah mencurahkan isi pikirannya di sejumlah platform.

Di Indonesia, banyak sekali netizen yang berkomentar di internet maupun media sosial, baik itu menyinggung hal positif maupun negatif.

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo mengajak para warganet atau netizen bijak memanfaatkan media internet demi kebaikan bersama dan jangan sampai internet dijadikan ajang menebar benih kebencian, fitnah hingga permusuhan.

Baca Juga: Ribuan Siswa di Cianjur Putus Sekolah, Disdik Sebut Penyebabnya Dipicu oleh Masalah Ekonomi Keluarga

"Warganet atau netizen harus bijak memanfaatkan media internet demi kebaikan bersama dan jangan sampai internet dijadikan ajang menebar benih kebencian, fitnah, hingga permusuhan yang pada akhirnya mengoyak rasa persaudaraan sebangsa," kata Bamsoet, dalam keterangannya di Jakarta.

Ajakan itu dikatakan Bamsoet usai menerima Komunitas Wartawan dan Netizen Indonesia (KAWAN NESIA) di Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta.

Hasil survei digital 2020 yang dikeluarkan We are Sosial, Indonesia di peringkat ketiga sebagai negara dengan pertumbuhan populasi internet terbesar dunia setelah India dan Tiongkok.

Baca Juga: PDAM Depok Akan Hentikan Pasokan Air Bersih Awal Pekan Depan Selama 24 Jam

Menurut Bamsoet, survei tersebut tercatat pengakses internet di Indonesia meningkat 17 persen dalam 1 tahun terakhir atau meningkat sekitar 25,3 juta orang.

"Oleh karena itu, penetrasi pengguna internet di Indonesia meningkat mencapai 64 persen atau sekitar 175 juta penduduk Indonesia telah mengakses internet," ujar Bamsoet.

Bamsoet mengatakan, bahwa rata-rata dalam sehari, setiap pengguna internet di Indonesia menghabiskan 7 jam 59 menit untuk mengakses internet, yaitu berada di posisi delapan dunia setelah Filipina, Afrika Selatan, Brasil, Kamboja, Thailand, Argentina, dan Mexico, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.

Baca Juga: KPK Menahan Dirut PT PAL Budiman Saleh, Disebutkan Terkait Dugaan Korupsi PT IDI

Menurut Bamsoet, lamanya waktu mengakses internet di Indonesia lebih besar dari rata-rata dunia yang hanya 6 jam 45 menit.

Berdasarkan data tersebut, menunjukan bahwa dalam 16 jam waktu sadar yang dimiliki, hampir 50 persennya atau 8 jam dipakai warga Indonesia untuk mengakses internet.

Bamsoet menyebutkan, dari 175 juta penduduk Indonesia yang mengakses internet, sebanyak 160 juta di antaranya aktif di media sosial, per hari tercatat mereka menggunakan waktu mencapai 3 jam 46 menit untuk mengakses media sosial melalui telepon genggam.

Baca Juga: PB IDI Imbau Menkes Terawan Agus Putranto tak Tergesa-gesa Soal Proses Vaksinasi Covid-19

"Hal tersebut menandakan bahwa sebagian besar hidup kita tidak lepas dari internet sehingga tidak berlebihan kiranya jika ada anggapan yang menilai kesalahan memanfaatkan internet, akan berujung pada bencana sosial," kata Bamsoet.

Menurut Bamsoet, dengan cerdas dan bijak bersosial media, masyarakat akan terhindar dari popaganda menyesatkan yang banyak berseliweran di berbagai platform media sosial.

Kondisi tersebut terjadi selama aksi unjuk rasa menolak RUU KUHP pada tahun 2019 maupun demonstrasi menentang UU Cipta Kerja beberapa hari lalu.

Baca Juga: PJJ Didominasi Tugas yang Menumpuk, Disdik Bandung Sebut Siswa Merasa Bosan

"Jika dilihat substansinya, banyak pedemo termakan hoaks maupun disinformasi sehingga menyebabkan mereka turun ke jalan, misalnya, pedemo menuntut cuti hamil tetap berlaku"

"Padahal, dalam UU Cipta Kerja, tidak ada satu pun pasal yang menghilangkan cuti hamil," ujar Bamsoett.

Menurutnya, hal itu adalah contoh kecil bagaimana hoaks dan disinformasi jika tidak disikapi serius, maka bisa mendatangkan kemudaratan bagi bangsa.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler