Heran NU Disebut Jauh dari Masyarakat, Tsamara: Relasi Kiayi-Warga Lebih Dekat dari DPR

- 21 Januari 2021, 17:20 WIB
Tsamara Amany komentari pernyataan Pandji Pragiwaksono soal NU yang disebut jauh dari masyarakat.
Tsamara Amany komentari pernyataan Pandji Pragiwaksono soal NU yang disebut jauh dari masyarakat. /Instagram/@tsamaradki.

PR DEPOK - Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany turut menanggapi perkara yang menimpa komedian, Pandji Pragiwaksono.

Sebelumnya, Pandji menyebut bahwa hanya Front Pembela Islam (FPI) yang disukai oleh masyarakat kalangan bawah.

Sementara para elit dari ormas Islam besar, kata Pandji, yakni Nahdaul Ulama (NU) dan Muhammadiyah jauh dari masyarakat.

Baca Juga: Soroti Kasus Chat Mesum Habib Rizieq, Teddy Gusnaidi Singgung Nama Gisel, Kenapa?

Menurut Pandji, pernyataannya itu mengutip dari dari seorang Sosiolog, Thamrin Amal Tomagola.

Namun meski begitu, tetap saja banyak yang menyorot persoalan ini dan menganggap Pandji belum paham betul soal NU dan Muhammadiyah, seperti Tsamara Amany.

Tsamara Amany lantas mempertanyakan kenapa kiai NU disebut jauh dari masyarakat. Kemudian ia pun menceritakan pengalamannya saat mengunjungi kediaman para kiai NU.

Tanggapan itu disampaikan Tsamara Amany melalui cuitan akun Twitter pribadinya @TsamaraDKI pada Kamis, 21 Januari 2021.

Baca Juga: Respons Ucapan Komjen Listyo Soal Penegakan Hukum, Rocky: Sama Kayak Mahasiswa Semester 1!

Kiai NU kok dibilang jauh dari masyarakat? Dulu waktu saya mampir ke Rembang, pintu rumah Gus Mus & Gus Yahya terbuka lebar. Di rumah Gus Mus, sedia makan terus. Mulai dari makanan besar sampai snack untuk pengunjung. Yang datang diajak ngobrol & didengarkan, siapa pun itu,” kata Tsamara Amany dikutip Pikiranrakyat-Depok.com.

Kemudian Tsamara Amany juga mengatakan pernah berkunjung ke Pesantren Buntet, di mana selalu diperlakukan dengan sangat baik oleh orang-orang di sana.

Baca Juga: Tak Ingin Ungkap Sosok ‘Madam’ di PDIP, Rocky Gerung: Kita Butuh Hiburan, Nikmati Dulu

Waktu mampir ke Pesantren Buntet juga sama, siapa pun yang datang selalu disuguhi, diajak ngobrol, & didengarkan oleh keluarga pengasuh pesantren. Makanya saya selalu salut & kangen pergi ke pesantren-pesantren NU karena kehangatan yang diberikan oleh mereka. Luar biasa,” ujar Tsamara Amany menambahkan.

Tsamara Amany menjelaskan bahwa alasan NU bisa menjadi besar salah satunya karena pesantren yang bisa jadi rujukan kampung sekitar.

Untuk itu, keberadaan pesantren biasanya selalu ada di dekat pemukiman warga. Hal itu menjadi bukti bahwa kiai NU tak berjarak dengan warga.

Baca Juga: Calon Kapolri Listyo Sigit Sampaikan Visi dan Misi, Said Didu: Saya Menaruh Harapan Baik

Alasan NU bisa jadi besar itu karena pesantren bukan hanya rumah bagi para santri, tapi jadi rujukan bagi warga kampung situ. Makanya biasanya pesantren selalu dekat pemukiman warga. Kiai itu jd panutan. Nggak berjarak dengan warga. Makanya agak aneh sih kalau disebut elitis,” ucapnya.

Lebih lanjut Tsamara Amany mengatakan bagi siapa pun jangan memandang NU atau Muhammadiyah dari organisasi pusat, melainkan lihat dari pesantren atau sekolah.

Karena dari kedua tempat itu, kata dia, baru seseorang bisa memahami hubungan antara kiayi dan warga yang melebihi kedekatannya disbanding DPR dan warga.

Baca Juga: BLT BPJS Ketenagakerjaan Cair Januari 2021, Khusus untuk Penerima dengan Kategori Ini

Melihat NU/Muhamadiyah itu jangan dari organisasi pusat. Keduanya itu mengakar. Lihat di pesantren-pesantren atau sekolah-sekolah. Pergi ke kampung-kampung. Dari situ kita bisa memahami relasi Kiai & warga. Saya yakin lebih dekat dari relasi anggota DPR & warga yg diwakili,” ujar Tsamara Amany.

***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Twitter @TsamaraDKI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x