PR DEPOK – Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa pihaknya belum berkuasa dengan mutlak di Indonesia.
Atas hal tersebut, ia meminta para kadernya agar tidak patah semangat.
Prabowo mengeklaim bahwa masih banyak rakyat yang menaruh harapan besar kepada Gerindra.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari Rabu, 10 Februari 2021: Aquarius, Hindari Berbohong pada Pasangan
“Bahwa kita masih belum bisa berkuasa dengan mutlak, itu tidak menjadi sesuatu yang harus menurunkan semangat kita,” ucap Prabowo dalam video yang diunggah di akun Instagram Partai Gerindra pada Selasa, 9 Februari 2021.
Pernyataan Menteri Pertahanan itu mendapat sorotan dari berbagai pihak, termasuk politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Tifatul Sembiring.
Melalui akun Twitter miliknya, ia menilai bahwa dalam konstitusi RI, tidak disebutkan perihal kekuasaan mutlak yang dipegang hanya oleh 1 orang maupun partai.
“Menurut saya, kalau mau baca2 konstitusi RI, nggak ada tu kekuasaan mutlak ditangan 1 orang atau 1 partai,” tulis Tifatul pada Selasa, 9 Februari 2021 seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com.
Menurutnya, hal itu terjadi disebabkan karena Indonesia menganut sistem demokrasi.
“Kan RI menganut sistem demokrasi,” ujar anggota Komisi III DPR RI itu.
Sebelumnya, Prabowo mengakui dirinya dan seluruh kader Gerindra masih memiliki keinginan untuk berkuasa sepenuhnya di Indonesia.
Akan tetapi, kata dia, kekuasaan tersebut harus mendapat izin rakyat.
Ia ingin kekuasaan yang diraih di masa mendatang adalah hasil perjuangan secara konstitusional.
“Kita ingin berkuasa dengan izin rakyat, kita ingin berkuasa dengan perjuangan yang baik. Tapi jangan pernah ragu bahwa kita terus punya keyakinan bahwa kita mampu memperbaiki bangsa ini,” ucapnya.
Kemudian, mantan Danjen Kopassus itu menjelaskan bahwa saat ini pemerintah tengah menghadapi pandemi Covid-19 yang hingga hari ini belum berakhir.
Maka dari itu, ia meminta seluruh kader partainya bersatu dan mempercayai pemimpin dalam mengatasi pandemi.
“Jangan ada kader yang justru di tengah kesulitan bangsa, memperparah dengan timbulkan isu atau kegaduhan-kegaduhan yang tidak perlu,” tuturnya.***