Para buzzer ini, kata dia, mengkritik dengan menghubungkan permasalahan saat ini dengan kehidupan pribadinya.
Turut menanggapi hal itu, Staf Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Henry Subiakto mengatakan bahwa orang-orang yang aktif di medsos bukan berarti seorang buzzer yang mendukung pihak tertentu.
“Yg aktif di medsos itu tdk identik dg buzzer pendukung tokoh apalagi partai tertentu,” tulis Henry pada Jumat, 12 Februari 2021 seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari akun Twitter @henrysubiakto.
Menurutnya, aktivis medsos tersebut hanyalah segelintir orang yang merasa terpanggil untuk melawan para oportunis politik.
“Tak sedikit yg terpanggil jiwa & semangatnya berkomunikasi melawan oportunis politik yg menggunakan politisasi agama dan radikalisme,” ucapnya.
Tidak hanya itu, ia menekankan bahwa orang-orang tersebut merupakan ‘Buzzer Bangsa’ dan tidak tidak dibayar sama sekali.
Yg aktif di medsos itu tdk identik dg buzzer pendukung tokoh apalagi partai tertentu. Tak sedikit yg terpanggil jiwa & semangatnya berkomunikasi melawan oportunis politik yg menggunakan politisasi agama dan radikalisme. Mereka “Buzzer Bangsa”. Bkn orang2 bayaran.— Henry Subiakto (@henrysubiakto) February 11, 2021
“Mereka “Buzzer Bangsa”. Bkn orang2 bayaran,” ujar Henry menegaskan.***