PR DEPOK - Beberapa waktu lalu dunia dihebohkan dengan kabar ditemukannya mutasi virus Corona baru di Inggris.
Mutasi baru bernama B117 itu dikabarkan telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Para peniliti bahkan menyatakan varian virus B117 ini sangat cepat menular.
Belum hilang mutasi tersebut, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) baru-baru ini mengabarkan ditemukannya kembali mutasi baru selain B117.
Baca Juga: Mantan Kekasih Kaesang Dikabarkan Alami Dampak Ghosting, Pesan Ibunda Felicia Tissue Mengharukan
Ketua Umum PB IDI, Daeng M Faqih mengatakan bahwa mutasi baru Covid-19 bernama N439K itu sudah ditemukan pada lebih dari 30 negara.
Informasi tersebut disampaikan Daeng melalui siaran persnya di Jakarta, pada Jumat 12 Maret 2021.
"Telah terdapat varian baru lagi yang berkembang ditemukan di Inggris yakni N439K," kata Daeng seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari PMJ News pada Sabtu, 13 Maret 2021.
Baca Juga: Cara Cek Bansos 2021 BST DKI Jakarta Rp300 Ribu di corona.jakarta.go.id, Cair Maret 2021 dengan KK
Daeng dalam pernyataannya mengungkapkan bahwa kecepatan mutasi N439K tersebut sangat cepat. Lalu menurutnya sifat dari mutasi baru ini juga berbeda dari mutasi virus sebelumnya.
Dia bahkan menjelaskan bahwa varian virus yang ditemukan di banyak negara itu lebih pintar dari virus sebelumnya, yakni B177.
"Varian N439K ini yang sudah lebih di 30 negara ternyata lebih smart dari varian sebelumnya (Covid-19, B117)," ucapnya.
Seolah tak ingin membuat publik bingung, Daeng kemudian menjelaskan alasan pernyataan 'smart' yang ia maksud dari mutasi baru virus Corona sesuai ilmu kedokteran.
"Karena ikatan terhadap reseptor ACE2 di sel manusia lebih kuat dan tidak dikenali oleh poluclonal antibody yang terbentuk dari imunitas orang yang pernah terinfeksi," ujar Daeng menjelaskan.
Maka dari itu, pihaknya mengimbau masyarakat agar lebih waspada dan mengetatkan protokol kesehatan (prokes).
Tak hanya itu, ia juga menyarankan masyarakat untuk selalu memakai masker yang bisa mencegah penularan hingga 90 persen.
Mengingat bahwa masker mampu mencegah terjadi penularan virus melalui udara (aerosol).***