Sebut Karier Politik Ganjar Pranowo Bersama PDIP Diujung Tanduk, Nyarwi Ahmad Beberkan 4 Hal Ini

- 24 Mei 2021, 15:15 WIB
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Sejumlah survei menyatakan popularitas dan elektabilitasnya politisi PDIP ini cukup tinggi.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Sejumlah survei menyatakan popularitas dan elektabilitasnya politisi PDIP ini cukup tinggi. /Instagram/@ganjar_pranowo/

PR DEPOK – Pasca Ganjar Pranowo tidak diundang dalam acara pengarahan Pemilu 2024 yang dihadiri Puan Maharani, Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) Jakarta, Nyarwi Ahmad memberikan penilaian terkait karier politiknya bersama PDI Perjuangan.

Nyarwi Ahmad menyebutkan bahwa karier politik Ganjar Pranowo di PDI Perjuangan di ujung tanduk.

"Bukan tidak mungkin, nasib Ganjar Pranowo untuk dapat memaksimalkan karier politiknya melalui PDI Perjuangan sudah di ujung tanduk," kata Ahmad dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, pada Senin 24 Mei 2021 sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.

Baca Juga: Mendagri Turki Konfirmasi Diserang, Hasmi: Turki Pakistan Minta Buka Jalur Udara Yordan, Gue Kurang Percaya

Penilaian Nyarwi Ahmad terkait nasib Ganjar Pranowo berdasarkan perspektif pemasaran politik.

Ada empat hal yang menurutnya patut dicermati di balik peristiwa fenomenal tidak diundangnya Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, oleh PDI Perjuangan dalam acara pengarahan Pemilu 2024.

Pertama,  data survei IPS awal April 2021, yang menunjukkan bahwa elektabilitas Pranowo sebesar 14,4 persen atau berada di urutan no dua setelah Prabowo (25,4 persen).

"Sebagaimana yang dipotret sejumlah lembaga survei, termasuk IPS, Ganjar selama beberapa bulan terakhir makin populer dan tingkat elektabilitasnya juga cukup tinggi melampau deretan sejumlah publik figur dan para tokoh pimpinan partai, termasuk Puan Maharani sendiri," ujar dia.

Baca Juga: Sinopsis Brick Mansions, Aksi Penyamaran Paul Walker Guna Hentikan Kehancuran Kota Detroit

Kedua, dalam bursa calon wakil presiden, Ganjar Pranowo berada di urutan nomor 3, yaitu 8,3 persen setelah Anies Baswedan (12,8 persen).

Menurut Ahmad, meski memiliki tingkat elektabilitas yang cukup tinggi, Pranowo berpotensi kehilangan peluang untuk mendapatkan tiket dari PDI Perjuangan agar bisa masuk dalam bursa Pemilu 2024 mendatang.

Pasalnya, tidak diundang oleh PDIP dalam acara pengarahan Pemilu 2024 menjadi indikasi kurangnya dukungan internal partai.

Ketiga, menurutnya dinamika di internal PDI Perjuangan terkait dengan bursa calon presiden-wakil presiden dalam Pemilu 2024 mendatang tampaknya kian hangat dan memanas.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik La Liga Spanyol Musim 2020-21: Lionel Messi jadi Top Skor Lima Musim Berturut-turut

DPP PDI Perjuangan, lanjut dia, tampak makin terbuka untuk mengingatkan para kadernya khususnya yang menjadi publik figur popular dan memiliki potensi elektabilitas tinggi agar tidak off side.

"Kritik yang disampaikan Bambang Wuryanto ke Ganjar Pranowo mengindikasikan hal itu," kata Ahmad.

Menurut dia, arah PDI Perjuangan untuk Pemilu 2024 mendatang tampaknya makin jelas dengan untuk menjagokan figur tertentu di luar sosok populer sebagaimana Pranowo.

"Dukungan pasar politik internal di PDI Perjuangan terhadap Ganjar Pranowo tampak masih belum aman," ujarnya.

Pasalnya, berbeda dengan Jokowi dalam Pemilu 2014 dan 2019 lalu yang merupakan sosok yang sangat popular.

Baca Juga: Minta Khofifah Diadili Soal Pesta Ultahnya, Ali Sentil Mahfud MD: Hancurnya Negara karena Hukum Berat Sebelah

Keempat, menurut Ahmad, apa yang disampaikan Puan sebagai ketua DPP PDI Perjuangan menunjukkan model pemasaran politik tradisional yang berbasis pada ideologi parpol.

"Di sini parpol ditempatkan sebagai elemen terpenting," katanya.

Maka dari itu, ia menyebutkan, kritik yang disampaikan Wuryanto ke Pranowo agar tidak terlalu ambisius masuk dalam bursa calon presiden 2024 dapat dibaca sebagai peringatan bagi semua kader PDI Perjuangan yang saat ini menjadi pejabat publik. 

Kepada kader-kader PDIP yang memiliki popularitas dan elektabilitas yang tinggi, agar lebih mampu ‘memasarkan’ parpolnya, bukan sekedar ‘memasarkan’ dirinya saja.

Baca Juga: Sebut Nagita Slavina Ngidam Menginap di Hotel Rp150 Juta dengan Bathtub Rp200 Juta, Raffi Ahmad: Ini Gimana?

"Namun, hal itu sepertinya tidak mudah, karena dalam panggung politik lokal dan nasional saat ini, visibilitas profil dan kinerja elit-elit parpol, khususnya yang menjadi pejabat publik di lembaga eksekutif, lebih menonjol, dibandingkan visibilitas kinerja organisasi parpolnya," kata Ahmad.***

Editor: Yunita Amelia Rahma

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah