"Itulah yang membuat SBY menang di Pilpres 2004, dan Jokowi menang di Pilpres 2014," ucapnya seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara pada Selasa, 25 Mei 2021.
Dengan kata lain, Umam menjelaskan bahwa seorang tokoh berpotensi memenangkan Pilpres apabila mampu membangun distingsi atau alasan pembeda dirinya, dibanding patron politik lain.
Meski sebetulnya, lanjut dia, orang tokoh tersebut diusung oleh basis koalisi minoritas atau partai politik non-mainstream.
"Membangun distingsi, sehingga masyarakat mudah mencerna pesan bahwa dirinya layak, pantas, dan kredibel untuk diusung di konstalasi politik nasional," ujar Umam menambahkan.
Namun dalam hal ini, dikatakan Umam, Ganjar Pranowo mesti bisa menciptakan momentum politik, agar dirinya dianggap layak untuk didukung oleh parpol lain di luar PDIP.
Dia juga menyatakan, jangan sampai elektabilitas Ganjar Pranowo menjadi capres hanya semata-mata ditopang oleh faktor biasnya dukungan publik yang menjadi basis pemilih loyal PDIP.
Di sisi lain, Umam menuturkan bahwa elektabilitas Ganjar Pranowo yang tinggi tidak serta merta menjamin dirinya akan mendapat restu dari PDIP.
Apalagi menurutnya, sikap politik Puan Maharani dan Bambang Wuryanto tampak mengindikasikan restu politik PDIP di 2024 tidak akan diberikan kepada mereka yang bukan berasal dari trah Soekarno.