Jokowi Dinilai Hanya Retorika Soal Penanganan Pandemi, Andi Arief: Ayo Bertindak Pak

- 25 Juni 2021, 16:58 WIB
Politisi Partai Demokrat, Andi Arief.
Politisi Partai Demokrat, Andi Arief. /Twitter @Andiarief__

PR DEPOK – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan kepada semua pihak bahwa pandemi Covid-19 di Indonesia belum berakhir.

Bahkan, kata Jokowi, situasi yang sedang dihadapi Indonesia saat ini adalah situasi extraordinary yang harus diatasi dengan kebijakan yang cepat dan tepat.

Oleh karena itu, Jokowi menegaskan penanganan pandemi Covid-19 membutuhkan kesamaan frekuensi baik di tataran lembaga negara, maupun di tingkat pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Baca Juga: Digosipkan Punya Hubungan dengan Manajer Sule, Ini Tanggapan Nathalie Holscher

"Situasi extraordinary harus direspon dengan kebijakan yang cepat dan tepat, yang membutuhkan kesamaan frekuensi oleh kita semua, baik di tataran lembaga negara dan seluruh jajaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah," ujarnya seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Antara pada Jumat, 25 Juni 2021.

Pidato Jokowi terkait penanganan pandemi Covid-19 itu lantas dikomentari oleh politisi Partai Demokrat, Andi Arief melalui akun Twitter pribadinya @Andiarief__.

Andi Arief menilai Jokowi hanya beretorika saja namun kurang dalam bertindak.

Baca Juga: Ditayangkan Secara Live, Berikut Rangkaian Acara Pernikahan Rizky Billar dan Lesti Kejora

Cuitan Andi Arief.
Cuitan Andi Arief.

Retorika aja pak. Bertindak, ayo bertindak,” katanya.

Sebagai informasi, Jokowi menyampaikan pidato tersebut pada acara Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LHP LKPP) Tahun 2020 dan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II Tahun 2020, serta Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Semester II Tahun 2020 di Istana Negara, Jakarta, Jumat.

Pada kesempatan itu, Jokowi juga mengatakan sejak pandemi muncul di 2020, pemerintah sudah melakukan langkah-langkah luar biasa termasuk dengan perubahan APBN, refocusing dan realokasi anggaran di seluruh jenjang pemerintahan, serta memberikan ruang relaksasi defisit APBN agar dapat diperlebar di atas dari 3 persen selama 3 tahun.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Gambar Pertama yang Dilihat Ungkap Alasan Pasangan Putus dengan Anda

"Pelebaran defisit mesti dilakukan mengingat kebutuhan belanja negara makin meningkat untuk penanganan kesehatan dan ekonomi, pada saat pendapatan negara mengalami penurunan," tuturnya.

Selain itu ia menyampaikan, pemerintah juga mendorong berbagai lembaga negara melakukan gotong-royong menanggung beban bersama, seperti burden sharing yang dilakukan pemerintah bersama Bank Indonesia.

Dengan berbagai respon kebijakan tersebut, kata Jokowi, Indonesia mampu menangani peningkatan belanja kesehatan, dan sekaligus melindungi ekonomi dari berbagai tekanan.

Baca Juga: Mengenal Peran Time Keepers yang Muncul di 3 Episode Awal Serial Loki

"Meskipun kita sempat mengalami kontraksi yang dalam di kuartal II di 2020, yaitu minus 5,32 persen, tapi kuartal berikutnya kita melewati rock bottom, ekonomi RI tumbuh membaik sampai kuartal I kita berada di minus 0,74 persen," ujarnya.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah