Singgung Pemilihan Rektor oleh Presiden, Veronica Koman: Oh Ini Kenapa Kampus-kampus Tak Lagi Kritis, Gokil

- 29 Juni 2021, 09:00 WIB
Aktivits HAM, Veronica Koman.
Aktivits HAM, Veronica Koman. /Twitter @VeronicaKoman./Twitter @VeronicaKoman

PR DEPOK – Aktivits Hak Asasi Manusia (HAM) Veronica Koman tiba-tiba menyinggung soal pemilihan rektor perguruan tinggi yang saat ini dipilih oleh presiden, bukan lagi Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Melalui akun Twitter pribadinya @VeronicaKoman pada Senin, 28 Juni 2021, Veronica Koman mengunggah headline artikel pernyataan Mendagri pada 2017 lalu bahwa rektor dipilih oleh presiden.

Lantas Veronica Koman menilai rektor yang kini dipilih oleh presiden itu menjadi salah satu alasan perguruan tinggi tidak lagi memiliki sikap kritis terhadap penguasa.

Baca Juga: Ade Armando Sebut Anggota BEM UI Nyogok untuk Masuk, Dzulfian Syafrian: jika IPK Pak Presiden Berapa Dulu?

Cuitan Veronica Koman.
Cuitan Veronica Koman. Twitter @VeronicaKoman

Oh ini kenapa kampus-kampus tak lagi kritis terhadap penguasa... Gokil berbagai lini dilemahkan, tapi kalo ditanya ntar #YNTKTS,” ujarnya.

Sebagai informasi, dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Antara, pada Juni 2017 lalu, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan bahwa penentuan rektor perguruan tinggi negeri akan dikonsultasikan kepada presiden, tak lagi Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Perubahan itu disebabkan oleh munculnya kesadaran baru sekaligus keprihatinan terkait penyelenggaraan pendidikan dan penelitian ideologi Pancasila serta wawasan kebangsaan.

Baca Juga: Ramalan Karier 12 Zodiak, Selasa 29 Juni 2021: Scorpio, Keputusan yang Tergesa-gesa Cenderung Menjadi Bumerang

Awalnya, semua calon rektor yang dipilih senat akademik ditentukan oleh majelis wali amanat perguruan tinggi dengan salah satu pemegang suara terbanyak dipegang Menristek dan Dikti.

Sementara perubahan yang diwacanakan adalah pembentukan tim penilai akhir yang dipimpin oleh presiden.

Namun pada saat itu, atas perubahan tersebut muncul kekhawatiran terjadinya batu sandungan berupa politisasi terhadap lembaga akademik.

Baca Juga: Selama 2,5-3 Jam, Daerah di Depok Ini akan Dilakukan Pemamadan Listrik Sementara pada Selasa, 29 Juni 2021

Secara politis dan nalar birokratis, Menristek dan Dikti adalah pihak terdepan dan yang paling memiliki kewenangan dan kesanggupan memahami pergumulan dunia perguruan tinggi.

Akan tetapi, sejak pembentukan tim penilai akhir terkait dengan pemilihan rektor oleh presiden, maka sebagian pihak menilai itu hanyalah perpanjangan tahap birokratis yang membuka peluang masuknya kepentingan politis.

Oleh karena itu, di tengah tantangan besar mengatasi persoalan kebangsaan yang salah satu ancamannya adalah tercabiknya anyaman kebangsaan, maka menyerahkan masalah pemilihan rektor ke tangan presiden hanya menambah pekerjaan yang implikasi negatifnya jauh lebih besar ketimbang dampak positifnya.

Baca Juga: Ramalan 6 Zodiak Selasa, 29 Juni 2021: Pisces, Ada Banyak Kesempatan Hari Ini, Jadi Manfaatkanlah

Polemik pemilihan rektor oleh presiden pada saat itu juga menimbulkan kecemasan sejumlah kalangan akademis tentang melemahnya semangat otonomi dalam pemilihan rektor perguruan tinggi serta semakin menguatnya semangat politisasi dalam penyelenggaraan perguruan tinggi.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: ANTARA Twitter @VeronicaKoman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah