Pneumonia Anak Bisa Dideteksi dengan Cara Frekuensi Napas, Diikuti Perubahan Sikap yang Cenderung Rewel

- 16 Juli 2021, 16:10 WIB
Ilustrasi sesak napas.
Ilustrasi sesak napas. /Pexels /Cottonbro

PR DEPOK - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut pneumonia yang diderita anak bisa dideteksi dengan menghitung frekuensi napasnya.

"Bagaimana hitung napas menjadi penting, bagaimana ibu mengenali anaknya sesak, karena biasanya anak-anak tidak bisa mengeluh karena sesak. Paling dia rewel, sering menangis," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.

Pneumonia terjadi akibat infeksi yang mengenai jaringan di saluran pernapasan bawah yaitu paru-paru dengan gejala seperti napas cepat.

Baca Juga: Penjualan Hewan Kurban Menurun, Pemerintah Diminta Beri Pendampingan untuk Peternak

Kriteria napas cepat pada anak usia kurang dua bulan lebih dari 60 kali napas per menit dan pada usia 2-11 bulan lebih dari 50 kali per menit.

Kemudian, usia 1-5 tahun sekitar lebih dari 40 kali per menit dan anak usia di atas 5 tahun lebih dari 30 kali per menit.

Orang tua juga bisa memperhatikan retraksi dinding atau penarikan dinding dada dengan cekungan ke dalam di bawah dada yang berarti anak sesak napas.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Gambar Pertama yang Dilihat Ungkap Cara Anda Mengatasi Masalah

"Paling gampang, lihat kalau di bawah dada agak cekung ke dalam, itu tanda-tanda sesak. Kalau punya alat saturasi oksigen kita bisa gunakan," tuturnya.

Pengukuran saturasi oksigen dengan oximeter juga bisa dilakukan orangtua. Apabila angka ini menunjukkan di bawah 93 persen, maka kondisi pneumonia sudah masuk kategori berat.

Sementara itu anak usia menyusui yang tidak mampu melakukannya hingga penurunan kesadaran merupakan gejala pneumonia berat.

Baca Juga: Simpang Siur Terjawab, Lionel Messi Siap Perpanjang Kontrak di Barcelona Selama 5 Tahun

Pneumonia adalah penyebab kematian anak di bawah usia 5 tahun di dunia yaitu sebanyak 1 dari 6 anak meninggal karena pneumonia pada 2015.

Indonesia menjadi salah satu penyumbang 6 dari 10 kematian anak akibat pneumonia di 10 negara.

Negara-negara itu seperti Nigeria, Kongo, Angola, Afganistan, Pakistan, dan China.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2007 menyebutkan salah satu penyebab kematian bayi adalah pneumonia sebesar 23,8 persen dan balita sebesar 15,5 persen.

Baca Juga: 5 Zodiak yang Paling Cocok Berkencan dengan Leo, Salah Satunya Sagitarius

Data Sample Registration System (SRS) pada 2014 menunjukkan sebanyak 4 dari 23 balita meninggal setiap jam akibat pneumonia.

"Insiden dari kejadian baru pneumonia menjadi perhatian kita mengapa perlu terus mencoba melakukan pencegahan dan pengendalian pneumonia terutama pada balita," ucap Siti Nadia Tarmizi.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah