PR DEPOK – Mantan Juru Bicara Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Adhie Massardi turut menyoroti pernyataan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy yang menyebut Indonesia kini sudah dalam situasi darurat militer hadapi Covid-19.
“DARURAT MILITER. Apakah benar ini pernyataan Menko PMk? Darurat Militer?” katanya seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari akun Twitter pribadinya @AdhieMassardi pada Sabtu, 17 Juli 2021.
Adhie Massardi heran dengan tujuan Muhadjir Effendy menyatakan darurat militer. Pasalnya, terkesan bercanda di tengah keadaan rakyat yang sedang sekarat akibat Covid-19.
Baca Juga: Sebagian Negara di Eropa Dilanda Bencana Banjir, Lebih dari 100 Orang Tewas dan Ratusan Orang Hilang
“Kok bisa dalam keadaan rakyat sekarat ada anggota kabinet bercandaan darurat militer?” ujarnya.
Menurut Adhie Massardi, sebutan yang layak atas kondisi Indonesia terkini adalah darurat kepemimpinan hingga darurat akal sehat.
“Kalau nyebut darurat kepemimpinan, atau darurat kesehatan atau darurat akal sehat sih masih oke,” tuturnya.
Baca Juga: 5 Pemain Bintang yang Beruntung Behasil Memenangkan Penghargaan Ballon d'Or
Sebelumnya, Menko PMK Muhadjir Effendy menyatakan bahwa Indonesia sudah dalam kondisi darurat militer menghadapi pandemi Covid-19.
"Sebetulnya pemerintah sekarang ini walaupun tidak di-declare, kita ini kan dalam keadaan darurat militer. Jadi kalau darurat itu kan ukurannya tertib sipil, darurat sipil, darurat militer, darurat perang. Nah sekarang ini sebetulnya sudah darurat militer," katanya seperti diberitakan sebelumnya.
Menurutnya, Indonesia dalam situasi darurat militer karena saat ini harus menghadapi musuh yakni Covid-19 yang tidak kasat mata.
"Musuh tidak terlihat ini dalam pertempurannya tidak memakai kaidah-kaidah hukum perang karena semua orang dianggap kombatan oleh Covid-19 ini," tuturnya.
Muhadjir Effendy mencontohkan, dulu ibu hamil serta anak-anak di Tanah Air belum banyak yang terpapar Covid-19, namun saat ini tidak sedikit dari mereka yang menjadi korban.
"Yang meninggal mulai banyak. Berarti ini perang asimetris menghadapi Covid-19," katanya.
Dengan alasan tersebut, lanjutnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerjunkan TNI dan Polri untuk ikut menangani Covid-19 karena sudah tidak bisa dihadapi dengan penanganan biasa.
"Ini daruratnya sudah darurat militer, hanya musuhnya memang bukan militer konvensional tapi 'pasukan' tidak terlihat," ujarnya.
Muhadjir Effendy mengatakan apa pun istilah yang digunakan dalam menangani Covid-19, selama masyarakat tidak mau kompromi menahan diri melanggar prokes maka penanganan pandemi tidak akan berhasil.
"Jika tidak menyadari bahwa prokes adalah menjadi yang utama, penanganan Covid-19 ya tidak berhasil," tuturnya.***