PR DEPOK – Pemerintah baru-baru ini memutuskan untuk menghapus angka kematian Covid-19 dari indikator penanganan Covid-19.
Diketahui, penghapusan angka kematian Covid-19 dilakukan karena adanya masalah dalam input data.
Masalah input data yang akhirnya menghapus angka kematian Covid-19 itu sendiri disebabkan akumulasi dari kasus kematian dalam beberapa pekan sebelumnya.
Tak lama berselang, persoalan itu pun mendapat sorotan publik dan tak sedikit pihak yang memberikan pendapatnya.
Guru Besar Bidang Sosiologi Bencana Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Sulfikar Amir merupakan salah satu pihak yang mengomentari polemik tersebut.
Melalui akun Twitter-nya, @sociotalker, Sulfikar Amir menilai bahwa penghapusan angka kematian Covid-19 itu merupakan cara menyerah yang paling brutal dari rezim yang gagal.