PR DEPOK – Imam Besar Islamic Center of New York, Muhammad Shamsi Ali turut menyoroti pengamat intelijen Susaningtyas Nefo Kertopati yang memaparkan ciri-ciri teroris di Indonesia, salah satunya menyebarkan bahasa Arab.
Shamsi Ali melalui akun Twitter pribadinya @ShamsiAli2 mengunggah gambar berisi poin-poin tentang ciri-ciri radikal dan teroris yang disampaikan oleh pengamat intelijen tersebut.
Rupanya tak hanya bahasa Arab yang disebut sebagai ciri teroris, pengamat intelijen itu juga menyebut tiga ciri lainnya, yaitu tidak hafal nama partai politik (parpol), tidak pasang foto presiden dan wakil presiden, serta tidak mau menghafal nama-nama menteri.
Baca Juga: Link Pendaftaran BPUM 2021 Kota Depok Tahap 3 untuk Dapatkan Bantuan UMKM Rp1,2 Juta
Sontak Shamsi Ali tampak geram dengan Susaningtyas. Ia mengaku malu dengan cara pandang seseorang yang disebut sebagai “pengamat”.
“Saya malu dengan cara pandang seorang yang disebut ‘pengamat’,” katanya seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com.
Menurut Shamsi Ali, hal itu lantaran pengamat tersebut tidak bisa melihat masalah secara luas, dan menanggapi permasalahan dengan cara yang bermutu.
“Tapi cara melihat masalah tak lebih dari anak jalanan. Sempit, pendek, tidak bermutu bahkan memalukan,” tuturnya.
Lantas dia pun mempertanyakan terkait cici-ciri radikalisme atau teroris yang diukur dari foto presiden-wakil presiden dan penghafalan nama-nama menteri.
“Benarkah Moderasi atau radikalisme diukur dengan foto dan hafal nama? Benarkah sebuah bahasa indikator radikalisme,” ujarnya.
Baca Juga: Update Persebaran Covid-19 Depok, 8 September 2021: 104.183 Positif, 100.772 Sembuh, 2.076 Meninggal
Sebagai informasi, pengamat intelijen Susaningtyas Nefo Kertopati menyampaikan pernyataan tersebut pada acara diskusi daring berjudul "Taliban Bermuka Dua ke Indonesia?" pada 5 September 2021.***