Pasalnya ketika tengah berada dalam diskusi bertajuk ‘Taliban Bermuka Dua ke Indonesia’, ia menyampaikan bahwa lembaga pendidikan di Indonesia sudah banyak yang menjadikan kelompok Taliban sebagai kiblatnya.
Hal ini disebut Susaningtyas bisa dilihat dari beberapa hal yang tidak dilakukan oleh masyarakat seperti enggan melakukan penghormatan terhadap bendera, memajang foto presiden, menyanyikan lagu Indonesia Raya, hingga menghafal nama partai politik (parpol).
Lebih lanjut, Susaningtyas menyebutkan bahwa keengganan masyarakat melakukan hal-hal seperti di atas disebabkan karena penggunaan Bahasa Arab.
Kemudia dia menilai jika hal ini terus saja diabaikan maka masyarakat yang menggunakan Bahasa Arab disebutnya akan berujung kepada radikalisme atau terorisme.***