Network
PR DEPOK - Menjelang peralihan musim, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginstruksikan agar nelayan di sepanjang pesisir selatan Jawa mewaspadai potensi perubahan cuaca ekstrem dari musim kemarau ke musim hujan.
Beberapa risiko yang bisa terjadi selama perlahihan musim antara lain gelombang tinggi, badai, angin kencang, hingga cuaca yang tiba-tiba memburuk.
Ketinggian gelombang tersebut diprakirakan bisa mencapai kisaran 4-6 meter.
Baca Juga: Ditinggal Semua Bek Tengah Andalannya, Real Madrid Buat Daftar Lima Pemain Baru
Beberapa wilayah di Tanah Air yang berpotensi diguyur hujan dengan intensitas yang lebih besar dari biasanya antara laib sebagian wilayah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau bagian selatan, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian barat hingga selatan, Sulawesi, Maluku Utara bagian barat, Pulau Seram bagian selatan, dan Papua bagian selatan.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan puncak musim hujan periode 2021/2022 diperkirakan akan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2022.
Berdasarkan pemantauan parameter anomali iklim global yang dilakuman BMKG dan institusi-institusi internasional terkait, terdapat indikasi ENSO Netral akan berkembang menjadi La Nina dengan kategori lemah hingga moderat menjelang akhir tahun 2021 hingga awal tahun 2022.
Sementara itu, Indian Ocean Dipole Mode (IOD) Netral kemungkinan bertahan hingga Januari 2022.
“Jika La Nina terjadi, maka akan berdampak pada peningkatan curah hujan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal ini juga berdampak pada risiko terjadinya bencana hidrometeorologi,” tutur Dwikorita dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.
Perubahan cuaca ekstrem menjelang masa peralihan sangat memengaruhi keselamatan pelayaran perahu nelayan saat tengah menangkap ikan.
Maka dari itu, BMKG mengimbau agar para nelayan mengikuti perkembangan informasi cuaca sebelum memutuskan untuk berlayar.
