“Varian R.1 diduga memiliki potensi risiko di masa depan, namun bukti mengenai efek dan kemampuan virusnya belum diketahui pasti,” ujar dokter Adam.
Dokter Adam menyimpulkan bahwa varian R.1 belum terbukti lebih berbahaya atau menular daripada varian Delta.
View this post on Instagram
“Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan dan efek sebenarnya dari varian R.1,” tuturnya.
Untuk diketahui, kasus Covid-19 dengan varian baru R.1 didapatkan pada panti jompo yang berada di Kentucky, Amerika Serikat pada Maret 2021.
Andy Beshear selaku Gubernur Kentucky mengungkapkan bahwa wilayahnya merupakan salah satu di antara tiga negara bagian di AS yang mempunyai kasus Covid-19 varian R.1 yang tertinggi.
Mengacu pada Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC dari total 199 pasien dan perawat, ada sejumlah 26 pasien dan 20 perawat yang terkonfirmasi positif Covid-19.
“Risiko penularan varian R.1 terhadap pasien yang tidak divaksin tiga kali lebih tinggi dari mereka yang telah divaksinasi,” dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari CDC pada Jumat, 24 September 2021 lalu.
Baca Juga: Dituding Menghilangkan Patung Sejarah G30S PKI, Kostrad Sampaikan Klarifikasi