PR DEPOK - Humas Partai Ummat, Mustofa Nahrawardaya turut menanggapi pernyataan Kepala BNPT, Komjen Pol. Boy Rafli Amar mengenai kelompok radikal merekrut anggota dengan pendanaan yang besar.
Dalam tanggapannya, Mustofa Nahrawardaya mempertanyakan besaran pendanaan yang disebut Kepala BNPT saat kelompok radikal merekrut anggota.
"Berapa besar kira2?" tutur Mustofa Nahrawardaya sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Twitter @TofaTofa_id pada Jumat, 26 November 2021.
Baca Juga: Pajang Foto Terbaru Nagita Slavina dengan Baby R, Ternyata Lebih Mirip..
Kemudian Mustofa Nahrawardaya mempertanyakan juga pendanaan yang digunakan kelompok radikal dalam merekrut anggota ada kaitannya dengan kotak amal.
"Apa ada kaitan dgn Kotak Amal?" pungkas dia mengakhiri cuitannya.
Sebelumnya, Kepala BNPT, Komjen Pol. Boy Rafli Amar mengulas mengenai cara kelompok radikal dalam merekrut anggota.
Ia mengatakan bahwa kelompok radikal tersebut merekrut anggota dengan memanfaatkan media sosial (medsos) dan didukung sumber pendanaan yang besar.
Mantan Kepala Divisi Humas Polri itu mengatakan bahwa kelompok radikal sangat sadar dengan media sosial dan adanya dukungan dana besar sehingga dengan uang tersebut melakukan radikalisasi dan aksi terorisme.
Pernyataan tersebut disampaikan Boy Rafli saat menjadi pembicara dalam webinar bertajuk 'Dalam Webinar Sinergisitas Pemberantasan Narkoba, Korupsi dan Terorisme untuk Pembangunan Sumber Daya Manusia Unggul di Era VUCA', yang diselenggarakan di Polda Bali pada Kamis, 25 November 2021 lalu.
Lebih lanjut, Boy Rafli menambahkan bahwa saat ini tidak ada masyarakat yang imun dari radikalisme dan terorisme lantaran paham tersebut masuk ke tiap sendi negara, termasuk di lembaga negara, pendidikan, bahkan organisasi keagamaan.
Menurutnya, perlu ada penguatan nilai kebangsaan yang didukung oleh pemerintah dan masyarakat agar tercipta daya tangkal terhadap radikalisme dan terorisme.
Terorisme, narkoba dan korupsi, kata dia, merupakan kejahatan transnasional yang saling terhubung, seperti narco-terrorism, yakni aksi terorisme yang didanai dari perdagangan gelap narkoba.
Baca Juga: Winamp Kembali Hadir dengan Pembaharuan Total, Bakal Saingi Spotify dan JOOX
Tidak hanya di Indonesia, katanya melanjutkan, praktik narco-terrorism kerap terjadi di belahan negara lain yang menyebabkan berkembangnya eksistensi kelompok teror di dalam dan luar negeri.
Oleh karena itu menurutnya, terorisme dan korupsi terkait satu dengan yang lain dan berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat.
Tantangan melawan permasalahan bangsa di era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) ini membutuhkan kolaborasi seluruh elemen bangsa, dalam hal ini BNPT, BNN dan KPK, sebagai leading sector pemberantasan terorisme, narkoba, maupun korupsi.
Ia pun berharap melalui upaya bersama ini potensi ancaman di tiga kejahatan tersebut akan tereliminasi dengan baik.***