Erick Thohir Kurangi Perusahaan BUMN: Terlalu Banyak Shell-shell Company yang Tidak Efisien

- 2 Desember 2021, 09:04 WIB
Menteri BUMN, Erick Thohir.
Menteri BUMN, Erick Thohir. /Antara/Zubi Mahrofi

PR DEPOK – Erick Thohir selaku Menteri BUMN menjelaskan bahwa efisiensi di perusahaan-perusahaan BUMN akan dilakukan agar holding-holding BUMN lebih kokoh dalam menghadapi persaingan pasar.

"Karena terlalu banyak shell-shell company yang tidak efisien dan tidak efektif, buat apa kita punya. Kadang seperti ini, holding-nya sehat tapi ada anak-cucu yang menyedot keuntungan dari holdingnya, nah ini yang harus kita bongkar, kita stop dan kurangi," kata Erick Thohir sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Antara pada 2 Desember 2021.

"Karena apa? Kita ingin membuat holding-holding yang kuat dalam menghadapi persaingan pasar karena yang kita lihat sekarang ini, rantai pasok sedang terdisrupsi, kontainer kesulitan, harga bahan pupuk naik, sekarang kan kita harus lebih efisien agar bisa bersaing,” ujarnya menambahkan.

Baca Juga: Ramalan Karir dan Keuangan 12 Zodiak, Kamis 2 Desember 2021: Fresh Graduate Scorpio Dapat Peluang Kerja

Selama ini Erick Thohir bersama timnya telah melakukan konsolidasi dan efisiensi BUMN, khususnya kepada anak dan cucu perusahaan BUMN.

Berdasarkan data, Kementerian BUMN telah menutup 74 anak dan cucu perusahaan BUMN yang ada.

Rincian dari 74 anak dan cucu perusahaan BUMN yang ditutup di antaranya 26 perusahaan Pertamina, 24 perusahaan PTPN, dan 13 sisanya dari Telkom.

Baca Juga: Reuni 212 Dituding Politisasi Ayat, Christ Wamea: Ternyata Bikin Gelisah dan Tidak Tenang

Menteri BUMN menjelaskan inefisiensi di perusahaan BUMN tidak boleh terjadi karena BUMN saat ini menjadi lokomotif keuangan ekonomi Indonesia.

Oleh karenanya, Erick Thohir masih akan terus melakukan efisiensi dengan menggabungkan beberapa perusahaan BUMN.

 “Bukan hanya anak perusahaan yang digabungkan, bahkan BUMN-nya sendiri kita gabungkan, contohnya Perinus dan Perindo sebagai dua perusahaan perikanan di BUMN, buat apa punya perusahaan kan lebih baik 1 saja, BGR dan PPI juga perusahaan trading yang digabungkan jadi 1 di bidang logistik. Kemudian, Energy Management Indonesia juga dikonsolidasikan dengan PLN jadi di bawah PLN, fungsinya apa? Ya mengaudit yang nanti ke depan berpotensi sebagai renewable energy,” kata Erick Thohir.

Baca Juga: Nilai Pernyataan KSAD Dudung Soal 'Tuhan Bukan Orang Arab' Keliru, Shamsi Ali: Baiknya Tuntaskan KKB di Papua

Tak hanya itu, Erick Thohir menekankan agar perusahaan BUMN melakukan perubahan model bisnis sebagai bentuk adaptasi di era distrupsi.

Seperti halnya BUMN yang bergerak di bidang telekomunikasi, ia menilai seharusnya sudah menerapkan kaidah B to B (Business to Business) , bukan lagi B to C (Business to Customer).

“Kalau Telkom berdiam diri padahal data, suara dan teks itu sudah gratis, tidak mengandalkan data bisnis, seperti data center, cloud, infrastruktur, ya Telkom akan sunset. Nah itulah kenapa fungsinya kita melakukan perubahan daripada bisnis model dan tetap melakukan benchmarking dengan negara lain dan perusahaan lain supaya kita ini bangun dari tidur, jangan asyik sendiri," katanya. 

"Kita ini tidak boleh terus berada di zona nyaman,” sambung Erick Thohir.***

Editor: Yunita Amelia Rahma

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah