Akan tetapi, pada 2016 hingga 2020, jumlah gempa bumi dengan beragam magnitudo meningkat menjadi lebih dari 450 kali setahun, dengan frekuensi tertinggi 655 kali yaitu pada 2016.
Rahmat mengatakan, gempa yang terjadi di Jember pada Kamis, 16 Desember 2021 yang bermagnitudo 5,1 sebenarnya tidak berpotensi menimbulkan tsunami maupun kerusakan parah.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa permasalahannya yaitu ada pada struktur bangunan masyarakat yang tidak kuat.
"Jadi ada yang salah kalau sampai ada kerusakan seperti ini. Nah, itu biasanya ada pada konstruksi runah warga yang tidak kokoh dan kuat, sehingga hal itu yang seharusnya diperbaiki," kata Rahmat Triyono.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Mingguan Cancer, Leo, Virgo 19-25 Desember 2021: Kesehatanmu Sedikit Terancam
Selanjutnya, Rahmat mengatakan bahwa pemerintah berperan penting dalam menanggulanginya dan berpendapat harus ada kebijakan ketat terkait pembangunan suatu bangunan.
"Itu tugas kita bersama. Pemerintah harus ketat dalam memberikan izin untuk bangunan. Pengecekan konstruksi harus ketat pula, jadi struktur bangunan harus dibuat siap untuk skenario terburuk," ujar Rahmat Triyono.
Diketahui, gempa bumi tektonik telah terjadi dengan magnitudo 5,0 di selatan Jawa Timur yang berpusat tepatnya berlokasi di laut pada jarak 43 km arah barat daya Kota Jember pada kedalaman 26 km, tetapi gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Baca Juga: Alasan yang Membuat Yeji ITZY Dirumorkan Berkencan dengan Youngbin SF9