PR DEPOK - Politisi PDI Perjuangan, Ruhut Sitompul menyoroti salah satu ceramah Haikal Hassan, yang menyinggung sejarah kelam Presiden pertama RI, Soekarno.
Dalam keterangannya, Haikal Hassan menyebut Soekarno sebagai tukang memenjarakan para ulama bersama pengikutnya.
Menanggapi itu, Ruhut Sitompul tampak tak terima dan langsung meminta Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Listyo Sigit Prabowo untuk mengambil sikap.
Dia menjelaskan bahwa tak sedikit masyarakat yang menunggu Haikal Hassan atau 'kadrun' yang menghina Soekarno untuk ditangkap.
Sebab menurutnya, Haikal Hassan telah keterlaluan menghina Soekarno selaku Bapak Proklamator Indonesia.
Dia berharap Haikal Hassan bisa segera ditindak dengan tegas secara hukum oleh polisi atas ceramahnya yang menghina Soekarno.
"Jenderal Polisi Mas L Sigit P, Kami Rakyat Indonesia tercinta sangat menunggu kapan kadrun2 yg sudah kebangetan menghina Proklamator Presiden RI pertama Bung Karno diambil tindakan hukum secara tegas MERDEKA," ujar Ruhut Sitompul seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari akun Twitter @ruhutsitompul.
Dalam video yang disematkan Ruhut Sitompul, Haikal Hassan menceritakan sejarah perjuangan para ulama di masa lalu.
Haikal Hassan mengungkap sejumlah pahlawan yang melakukan rapat ijtima atau muktamar pada 11 September 1957.
Pada saat itu menurutnya, Soekarno tengah bersama Partai Komunis Indonesia (PKI) di Jakarta dan menghina para ulama yang sedang rapat itu sebagai orang yang amoral.
"Bung Karno bersama PNI dan PKI-nya dan Nasakomnya ngata-ngatain ulama yang rapat, yang sedang muktamar. Mereka menuduh ulama yang sedang rapat itu amoral," ucap Haikal Hassan.
Meski tak memungkiri Soekarno sebagai tokoh proklamator, tetapi Haikal Hassan tetap menyebut Presiden Pertama RI itu sebagai sosok yang suka memenjarakan para ulama.
Hal itu menurutnya jelas tertulis dalam sejarah Indonesia, dan tidak boleh ditutup-tutupi oleh masyarakat.
"'Bung Karno kan proklamator', iya. 'Bung Karno kan berjasa' gue tahu. 'Bung Karno hebat' setuju. Tapi jangan lupa Bung Karno tukang penjarain para ulama bersama Nasakomnya," tuturnya menjelaskan.***