Sementara itu, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama mengatakan, adanya gelombang 4 Covid-19 bisa dilihat dari naik turunnya kurva epidemiologi.
Semakin tinggi kenaikan kurva dari dasar, maka tampak jelas terjadinya gelombang Covid-19.
Baca Juga: 15 Link Twibbon Hari Anak Nasional 2022 Paling Populer Lengkap dengan Tata Cara Pasangnya
Sedangkan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memperkirakan, puncak gelombang 4 Covid-19 itu hanya sepertiga dari gelombang yang disebabkan Delta dan Omicron.
"Jadi kita amati di Afrika Selatan sebagai negara pertama yang BA.4 dan BA.5 masuk, puncaknya itu sepertiga dari puncaknya Omicron atau Delta sebelumnya," kata Menteri Budi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 16 Juni 2022.
Maka dari itu, menurut Menteri Budi, jika pada puncak gelombang Omicron, penambahan kasus positif harian mencapai 60.000, maka pada gelombang BA.4 dan BA.5, peningkatan kasus harian diperkirakan hanya 20.000.
"Kira-kira nanti estimasi berdasarkan data di Afrika Selatan, mungkin puncaknya kita di 20.000 per hari," ucap Menteri Budi.
BA.4 dan BA.5 menurutnya memang cepat menular, tetapi fatalitasnya jauh lebih rendah dibandingkan Delta dan Omicron.
"Mungkin (fatalitasnya) seperduabelas atau sepersepuluh dari Delta dan Omicron," tuturnya.