Lakukan Aksi Nyata Lindungi Anak dari Krisis Iklim, Save the Children: Sekarang Saatnya

- 30 Desember 2022, 19:45 WIB
Ilustrasi anak-anak.
Ilustrasi anak-anak. /janeb13/Pixabay

PR DEPOK - Save the Children meminta kepada siapapun, agar melakukan aksi nyata melalui mitigasi perbaikan lingkungan untuk melindungi anak-anak dari dampak krisi iklim.

“Sekarang saatnya untuk aksi adaptasi dan mitigasi memperbaiki keadaan dan memberikan masa depan yang lebih baik pada anak-anak di Indonesia dan seluruh dunia,” kata Chief of Advocacy, Campaign, Communication, Media and MarkComm Save the Children Indonesia. Troy Pantouw, Jakarta, Jumat.

Troy menekankan krisis iklim membuat banyak anak, menjadi terancam karena kemiskinan jangka panjang.

Baca Juga: Ancaman Perubahan Iklim, Ilmuwan Sebut 'Virus Zombie' Berusia 48.500 Tahun di Dalam Es Bisa Bangkit Lagi

Semua itu memiliki dampak pada hak pendidikan, kesehatan, dan perlindungan.

Save the Children Generation Hope tahun 2022 secara global diperkirakan 774 juta anak, di seluruh dunia atau sepertiga dari populasi anak hidup dengan, dampak ganda seperti kemiskinan yang parah dan darurat iklim.

“Indonesia menempati peringkat sembilan tertinggi secara global, atas jumlah anak yang mengalami ancaman ganda,” katanya.

Itu menunjukkan 60 juta lebih anak di Indonesia pernah mengalami, setidaknya satu kali kejadian iklim ekstrim dalam setahun.

Baca Juga: BLT Anak Sekolah Cair Lagi 2023, Penuhi Syarat dan Ajukan PKH dengan Login Cek Bansos

Sehingga terpaksa harus tumbuh dalam situasi yang mengancam, dan membuatnya lebih rentan secara fisik, sosial, dan ekonomi.

Penggalian data dan informasi dilakukan melalui survei, dan dialog dengan 54.000 anak di 41 negara termasuk 20.000 anak Indonesia yang berpartisipasi.

Diketahui 59,8 persen anak merasakan perubahan iklim dan mempengaruhi lingkungan sekitar.

Selain itu 30,7 persen anak merasakan ketimpangan ekonomi, yang mempengaruhi hak-hak dasar anak.

Baca Juga: Studi Baru: Perubahan Iklim akan Memengaruhi Panen Tomat Global di Masa Mendatang

Salah satu kasus di Kabupaten Donggala, seorang bapak yang bekerja sebagai nelayan dengan tujuh anak merasakan hasil tangkapan ikan semakin berkurang akibat perubahan iklim.

Dampak itu pada perekonomian keluarga, kesehatan, dan pendidikan anak.

Dia menyarankan setiap anak untuk mengambil langkah aksi yang nyata, dan ambisius untuk membatasi kenaikan suhu maksimal 1,5 derajat celcius dan berkomitmen pendanaan iklim mitigasi dan adaptasi yang berpihak pada anak.

Baca Juga: Cara Daftar BLT Balita 2023 Online Lewat HP, Tersedia Bansos Rp3 Juta untuk Anak Usia 0-6 Tahun

Anak terlibat sebagai pemangku kepentingan yang setara, dan agen perubahan dalam mengatasi krisis iklim dan lingkungan juga penting.

Membangun mekanisme dan platform yang ramah, untuk memfasilitasi keterlibatan mereka dalam penyusunan kebijakan pemerintah.

“Jika krisis iklim dan ketimpangan tidak segera ditangani frekuensi, dan tingkat keparahan krisis kemanusiaan biaya hidup akan terus meningkat,”kata Troy. ***

Editor: Rahmi Nurfajriani

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah