Patahan Cugenang Jadi Penyebab Gempa Hebat di Cianjur, Ini Penjelasan dari BMKG

- 9 Januari 2023, 07:20 WIB
Patahan Cugenang jadi penyebab gempa hebat di Cianjur, Ini penjelasan dari BMKG
Patahan Cugenang jadi penyebab gempa hebat di Cianjur, Ini penjelasan dari BMKG /Pikiran Rakyat/Bambang Arifianto

PR DEPOK- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) baru-baru ini mengungkapkan penyebab gempa hebat yang mengguncang wilayah Cianjur, Jawa Barat.

Berdasarkan keterangannya, gempa tersebut berasal dari patahan Cugenang. Mereka juga menerbitkan peta bahaya gempa bumi di Cianjur.

Dilansir Pikiranrakyat-Depok.com dari situs resmi BMKG, ada tiga zona kerentanan gerakan tanah, yakni mulai dari Zona Terlarang (merah), Zona Terbatas (oranye), dan Zona Bersyarat (kuning).

Baca Juga: Simak Jadwal Vaksin Booster di Bekasi dan Bogor untuk Hari Ini, 9 Januari 2023

Namun, dalam penjelasannya BMKG hanya menjelaskan wilayah yang masuk ke Zona Terlarang. Zona Terlarang sendiri memiliki luas 2,63 km persegi yang meliputi empat kecamatan dan 12 Desa. Yakni:

• Kecamatan Cilaku, khususnya Desa Rancagoong.

• Kecamatan Cianjur, sebagian dari Desa Nagrak.

• Kecamatan Cugenang, Desa Cibulakan, Benjot, Sarampad, Gasol, Mangunkarta, Cijedil, Nyalindung dan Cibeureum.

Baca Juga: BLT UMKM Dihentikan, Jangan Khawatir, Anda Bisa Cek di Sini untuk Dapat Bantuan Rp4,2 Juta

• Kecamatan Pacet sebagian dari Desa Ciputri dan Ciherang.

Zona tersebut diketahui memiliki sempadan patahan aktif Cugenang 0-10 meter, kanan dan kirinya tegak lurus yang mana kerentanan longsor sangat tinggi akibat deformasi dan getaran gempa.

Karena itulah, BMKG merekomendasikan wilayah Zona Terlarang untuk dikosongkan dari keberadaan bangunan melalui program relokasi.

Baca Juga: Link Streaming dan Preview Manchester City vs Chelsea di Piala FA Minggu 8 Januari 2023

Jadi masyarakat dilarang membangun kembali hunian baru di wilayah Zona Terlarang dan diprioritaskan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau kawasan lindung.***

Ikuti selengkapnya Artikel Kami di Google News

Editor: Tuti Riyanti

Sumber: BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah