Polusi Jakarta Kian Memprihatinkan, Apa Penyebabnya? Simak 7 Jenis Polutan dan Langkah Pengendalian

- 15 Agustus 2023, 14:26 WIB
Simak 7 jenis polutan dan langkap pengendalian polusi, termasuk di Jakarta yang semakin memprihatinkan.
Simak 7 jenis polutan dan langkap pengendalian polusi, termasuk di Jakarta yang semakin memprihatinkan. /AKBAR NUGROHO GUMAY/ANTARA FOTO

PR DEPOK - Dampak polusi udara dan musim kemarau yang melanda sebagian besar daerah di Indonesia menjadi penyebab gangguan kesehatan masyarakat.

Tak terkecuali DKI Jakarta, asap tebal dan langit kelabu muncul setiap pagi selama beberapa bulan terakhir di Jakarta, sebagai ibu kota negara terpadat keempat di dunia.

Faktor cuaca yang sedang kemarau dan kendaraan bermotor menjadi penyebab utama polusi udara di Jakarta.

Jakarta menduduki peringkat teratas kota-kota paling tercemar di dunia. Peringkat ini dapat dilihat dengan IQAir, sebuah perusahaan kualitas udara yang berbasis di Swiss.

Baca Juga: Mario Dandy Dituntut 12 Tahun Penjara, Terbukti Aniaya David Ozora dengan Brutal

Kini Indonesia tengah memasuki musim kemarau, yang berlangsung dari Juli hingga September, sehingga polusi udara akan mencapai puncaknya.

Kualitas udara di Jabodetabek memburuk karena dipengaruhi oleh udara kering dari sisi timur Indonesia.

Dikutip Pikiran-Rakyat.Depok.com dari Antara, Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan 44 persen pencemaran udara berasal dari transportasi, dibandingkan 31 persen dari industri. Penggunaan kendaraan bermotor juga menjadi salah satu faktor utama.

Jalanan Jakarta dipadati oleh kendaraan yang tidak efisien dan menimbulkan polusi, terutama sepeda motor. Standar pemeliharaan kendaraan yang tidak baik menyebabkan polusi semakin buruk.

Baca Juga: 4 Lokasi Gudeg di Sukabumi yang Tersedap, Berikut Alamatnya

Minimnya transportasi umum membuat sebagian besar orang bergantung pada kendaraan pribadi, yang dapat menimbulkan macet berjam-jam dalam satu waktu.

Sumber emisi dari suatu daerah memengaruhi daerah lain akibat pergerakan polutan dari satu lokasi ke lokasi lain akibat pola angin. Hal ini berpotensi memicu peningkatan polusi di lokasi lain.

Berdasarkan data dari DLH, ada 7 jenis penyebab pencemaran atau polutan yang dikaji di Jakarta.

1. Sumber pencemaran SO2 (sulfur dioksida);

Baca Juga: Raos Pisan! Nikmati Kelezatan 5 Sate di Bandung dengan Bumbu Kacang Melimpah, Catat Alamatnya

2. Sumber pencemar NOx (nitrogen oksida);

3. Sumber pencemar CO (karbon monoksida);

4. Pencemar PM10 (partikulat);

5. Pencemar PM2.5 (partikulat);

Baca Juga: Buntut Polusi Udara yang Kian Buruk, Pemerintah Siap Berlakukan WFH di Jakarta pada September 2023

6. Sumber pencemar BC (karbon hitam); dan

7. Sumber pencemar bahan organik volatil non-metana (NMVOC).

Sumber pencemaran SO2 terbesar adalah sektor industri yang memberikan kontribusi sebesar 61,96 persen atau 2.637 ton, kemudian pembangkit listrik sebesar 25,16 persen atau 1.071 ton SO2, disusul sektor transportasi yang menambah 11,58 persen atau 493 ton SO2.

Sektor transportasi mendominasi kontribusi pencemar NOx (nitrogen oksida), CO (karbon monoksida), PM10 (partikulat), PM2.5 (partikulat), BC (karbon hitam), dan bahan organik volatil non-metana.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Mie Ayam Terenak di Balikpapan, Catat Alamat dan Jam Bukanya di Sini

Sektor transportasi menyumbang 72,4 persen atau 76.793 ton NOx, 96,36 persen atau 28.371 ton CO, 57,99 persen atau 5.113 ton PM10, 67,04 persen atau 5.257 ton polutan PM2.5, 84,48 persen atau 5.048 ton BC, dan 98,5 persen atau 19.936 ton NMVOC.

Sektor pembangkit listrik (1,76 persen atau 5.252 ton), diikuti sektor industri (1,25 persen atau 3.738 ton), sektor perumahan (0,59 persen atau 1.774 ton), dan sektor komersial (0,03 persen atau 90 ton).

Kualitas udara Jakarta juga dipengaruhi oleh sumber emisi pascapandemi COVID-19 karena peningkatan mobilitas publik yang telah mendorong emisi.

Kualitas udara juga dipengaruhi oleh faktor meteorologi seperti curah hujan, kecepatan dan arah angin, serta kelembaban udara.

Baca Juga: Mantul Pol! Ini 7 Daftar Bakso Terfavorit di Blora, Jawa Tengah, Catat Alamatnya Yuk

Hujan dapat membantu polutan yang mengambang di udara menguap. Namun, kecepatan angin yang rendah di Jakarta menyebabkan pergerakan udara terhenti sehingga menyebabkan pencemar udara menumpuk di beberapa titik.

Udara yang terperangkap juga dapat memicu produksi polutan udara lainnya, seperti ozon permukaan (O3), yang keberadaannya dapat ditentukan oleh berkurangnya jarak pandang.

Pola arah angin permukaan menunjukkan pergerakan massa udara dari timur dan timur laut menuju Jakarta dan berdampak pada akumulasi konsentrasi PM2.5.

Selain itu, kelembapan tinggi dapat menyebabkan munculnya lapisan terbalik di dekat permukaan.

Baca Juga: Imbas dari Polusi Udara, Ribuan Warga Jakarta Mengidap ISPA

Dampak dari lapisan terbalik ini menyebabkan PM2.5 di permukaan tetap tersuspensi, tidak dapat berpindah ke lapisan udara lainnya, sehingga terjadi akumulasi konsentrasinya yang dapat diukur dengan alat pemantau.

Kasus penyakit pernapasan yang diyakini terkait dengan polusi udara terus meningkat. Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga mengakui terjadi peningkatan gangguan kesehatan akibat polusi udara pada tahun 2023 dibandingkan tahun 2022.

Untuk mencegah peningkatan lebih lanjut, masyarakat diminta aktif menggunakan transportasi umum dan sepeda.

Berdasarkan data IQAir, terkini pada 15 Agustus 2023, kualitas udara di Jakarta adalah 162 AQI US.

Baca Juga: Cek Daftar Nama Terbaru Penerima Bansos BPNT Agustus 2023 Pakai KTP

Menanggapi polusi ini, DLH mengambil 7 langkah untuk mengatasi pencemaran udara di ibu kota yang dituangkan dalam Instruksi Gubernur Nomor 66 Tahun 2019 tentang Pengendalian Kualitas Udara.

DIkutip dari Vital Strategies, langkah-langkah tersebut meliputi peremajaan dan pengujian emisi kendaraan umum dan pribadi, penerapan pelat ganjil genap, peningkatan tarif parkir, tarif kemacetan, pembatasan usia kendaraan yang diperbolehkan melintas di jalan, perubahan moda transportasi, dan peningkatan kenyamanan dan fasilitas pejalan kaki.

Langkah penanggulangan pencemaran industri berupa pengendalian sektor industri, penghijauan sarana dan prasarana umum, serta konversi ke energi terbarukan.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Bakso di Balikpapan dengan Rating Penilaian Tertinggi, Cita Rasanya Maknyus

Sedangkan Presiden Jokowi mengakui bahwa polusi udara di Jakarta telah menjadi masalah selama bertahun-tahun.

Pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Nusantara, di Pulau Kalimantan, adalah salah satu solusinya, ungkap Jokowi.***

Editor: Linda Agnesia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah