Tari Pendet Pasepan: Antara Sakral dan Profan

- 21 Oktober 2023, 18:11 WIB
ILUSTRASI - Tari Pendet Pasepan menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi masyarakat Pakraman Batununggul, Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali.*
ILUSTRASI - Tari Pendet Pasepan menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi masyarakat Pakraman Batununggul, Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali.* /Pexels.com/ Aditya Agarwal/

 

Warna-warna ini mengandung makna dalam upacara keagamaan umat Hindu di Bali. Putih melambangkan Dewa Iswara yang melindungi arah timur, sementara kuning merupakan simbol dari Dewa Mahadewa yang menguasai arah barat.

Sesuai namanya, "pasepan" menjadi unsur utama dalam tarian ini. Dalam tari Pendet Pasepan, "pasepan" adalah tungku bara api yang mengandung canang sari dan tiga dupa. Ketika tarian berlangsung, tiga dupa dinyalakan, mengeluarkan semerbak wangi yang mengisi udara.

Baca Juga: Bakso Rating Tinggi Terenak di Salatiga, Sudah Pernah Coba?

Pelibatan "pasepan" menegaskan bahwa tarian ini adalah simbol dari rasa syukur. Sebagai maskot Desa Pakraman Batununggul, tari Pendet Pasepan hanya dapat dilakukan oleh warga dari lima banjar adat di desa tersebut.

Tarian ini tidak hanya mempertunjukkan kolaborasi antarpenari dari berbagai jenjang usia, tetapi juga memadukan gerakan dengan irama gamelan khas Bali. Durasinya singkat, hanya 5 menit, namun tarian dan tabuh harus harmonis untuk menciptakan keselarasan antara gerakan dan suara.

 

Koordinator dan penggagas tari, Luh Widarti, berharap agar tari Pendet Pasepan semakin dikenal dan diakui oleh masyarakat.

Tarian ini menggabungkan unsur budaya, magis, dan pariwisata, memperkuat daya tarik Pulau Bali melalui Desa Pakraman Batununggul, Nusa Penida, Klungkung. Sejarahnya sebagai tarian penyambutan, tari Pendet adalah bagian dari prosesi mendet atau mamendet di hampir setiap pura di Bali.

Halaman:

Editor: Tyas Siti Gantina


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah