PR DEPOK - Menjelang akhir jabatannya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhir-akhir ini menjadi sorotan masyarakat Indonesia karena dikabarkan hubungannya dengan Partai PDIP Perjuangan meregang.
Sebelumnya telah ramai dimana istilah Dinasti Jokowi populer akhir-akhir ini, lantaran kedua anak laki-lakinya telah menjadi sorotan. Diketahui, sebelumnya Kaesang Pangarep anak bungsu dari Jokowi telah terpilih sebagai ketua umum Partai PSI.
Kemudian, disusul oleh anak sulungnya Gibran Rakabuming Raka yang mencalonkan diri sebagai Cawapres Prabowo Subianto untuk Pilpres 2024. Padahal diketahui, Gibran baru saja terjun ke dunia politik dan menjabat sebagai Walikota Solo.
Terkait ramainya berita akhir-akhir ini, Sekjen PDIP Perjuangan baru-baru ini mengungkapkan betap sedihnya ditinggal Jokowi.
Baca Juga: 5 Tempat Wisata di Surabaya yang Murah dan Bagus, Nomor 3 Cocok Dikunjungi di Hari Pahlawan
Hal tersebut ia sampaikan di channel YouTube Akbar Faizal Uncensored, dengan judul “Tangisan Hasto Kristiyanto untuk Jokowi”. Awalnya ia menceritakan terkait cara ibu Megawati mengambil keputusan jika jadi presiden.
Ibu Megawati mengatakan dalam percakapannya dengan Hasto, cara mengambil keputusan sebagai presiden.
“Kalo saya sebagai presiden mau ambil keputusan sebelum saya mengetuk palu, kalo pak Amsah sebagai cawapres tidak berkenan tolong saya kasih kode, sentuhlah tangan saya,” kata Megawati.
Setelah menyampaikan itu, Hasto menguraikan air mata saat membahas Jokowi yang meninggalkannya.
Baca Juga: Viral Pencurian Motor di Depok Tertangkap Kamera, Begini Kronologinya
Ia mengatakan ia sangat sedih, ia menyampaikan bahwa Ibu Megawati mengawal Jokowi bahkan semua.
“Saya hanya bisa mengatakan bahwa manusia bisa berubah oleh sisi-sisi gelap kekuasaan. Tapi yang paling penting bagi PDIP bukan meratapi itu. Tetapi Cita-cita bangsa ini yang dibangun oleh tumpahan darah, air mata yang dibangun dengan peristiwa heroik di 10 November 1945,” ucapnya.
Selain itu, ia juga membandingkan Jokowi dengan Risma yang merupakan mantan Walikota Surabaya yang tidak berpikir orang penggantinya yang bisa di kontrol. ***