Menurutnya, perkembangan buah semangka sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Kondisi kemarau berkepanjangan atau pun hujan dengan intensitas tinggi sangat mempengaruhi hasil produksi semangka.
Kualitas semangka yang diproduksinya, Akbar menuturkan semangka yang dibudidayanya tidak menggunakan suntikan pemanis atau hormon pembesar berdampak pada kualitas rasa yang dihasilkan, seperti pada musim kemarau semangka akan terasa lebih manis.
Lulusan Universitas Indonesia tahun 2019 itu menuturkan pada masa awal mengemudi kebun Oibama, terbatas hanya satu hektar tanah yang dikelola untuk budidaya.
Namun dalam perjalanannya ia mampu memperluas besar tanah yang berdampak pada peningkatan jumlah produksi buah budidaya. Per Januari 2024, ia mampu mengelola hingga 10 hektar luasnya.
Sementara itu, Akbar mengatakan dirinya mampu menghasilkan produksi hingga mencapai 25 ton pada lahan dengan luas 3 hektar. Bahkan, ungkap Akbar, saat ini jumlah produksi dapat mencapai 50 - 90 ton dari luas lahan 10 hektar.
Adapun keuntungan yang diterima pada budidaya semangka, dirinya mengungkapnya berhasil meraup penghasilan kotor hingga mencapai 400 juta.
Produksi buah semangkanya kini telah sukses dipasarkan hingga mencapai mancanegara, yakni dipasarkan ke wilayah Malaysia. Pemasaran di dalam negeri, Kebun Oibama turut menjadi pemasok pangan untuk wilayah Pontianak, Kalimantan Tengah, meliputi Palangkaraya, Pangkalan Bun hingga Sampit dan wilayah Kalimantan Selatan, meliputi Banjarmasin, Barito Kuala, hingga Hulu Sungai Selatan.
Tantangan Sebagai Petani
Perjalanan Akbar menjadi seorang petani milenial yang mengelola tanah dengan luas mencapai 10 hektar, ungkap Akbar pada proses pengelolaannya dijumpai banyak tantangan.