Kisah Inspiratif Petani Muda di Palangka Raya Budidaya Semangka, Raup Keuntungan hingga Puluhan Juta

- 26 Februari 2024, 21:40 WIB
Kisah petani semangka di Palangka Raya.
Kisah petani semangka di Palangka Raya. /Anisa Wulan Sari PR Depok

Diantara beberapa kesulitannya, yakni bibit buah semangka cukup langka ditemukan di wilayahnya akibat daya saing antar petani semangka, pupuk hingga obat-obatan dengan harga cukup melambung tinggi. Tutur Akbar bahwa kondisi tanah marjinal membutuhkan pupuk yang cukup banyak disertai perawatan ekstra.

"Kondisi tanah kami itu tanah berpasir putih atau tanah marjinal yg butuh pupuk banyak, kapur dolomit untuk penetralan ph, dan cara merawat yang ekstra,"tuturnya.

Disisi lain, ia menyampaikan infrastruktur jalan menuju lokasi kebun, ungkapnya belum memadai sehingga dapat menghambat proses distribusi buah hasil panennya.

Ia turut mengeluhkan sejak tahun 2014 sepanjang satu kilometer dari jalan beraspal menuju tempat kebunnya sulit dilalui terlebih pada musim penghujan menyebabkan jalan berlubang dan longsor ataupun jalan akan menjadi gembur di musim kemarau panjang.

Baca Juga: 8 List Rumah Makan Paling Rekomen untuk Munggahan di Bandung, Tempatnya Luas!

"Kami dari 2014 itu akses jalan kami menuju kebun, dari aspal ke dalam kebun sekitar 3 kilometer, sekitar 1 kilometer dari aspal itu jalannya berlangganan rusak. Jalan rusak itu berpengaruh khususnya kami yang produksi Semangka, ketika truk pengangkut semangka oleng, semangkanya pun ya akan hancur,"tuturnya.

Perbaikan jalan rusak seringkali dilakukan sebelum musim panen tiba. Menurutnya hal ini akan berpengaruh pada hasil panen yang diperoleh apabila jalan tidak segera diperbaiki saat panen tiba. Dirinya berharap pemerintah setempat atau daerah dapat berkontribusi untuk perbaikan jalan menuju kebun karena menyangkut dengan keberlangsungan ketahanan pangan di wilayahnya.

"Setiap kami panen, itu kami mau gak mau harus menyiapkan energi lebih untuk perbaiki jalan dulu biar aman, abis itu baru panen, dalam artian pemetikan, penimbangan dan sebagainya. Mudah-mudahan baik dari pemerintah daerah maupun pusat mau membantu,"katanya.

Lebih lanjut, Akbar menyebut smart farming 4.0 berbasis teknologi pertanian yang digagas oleh Kementerian Pertanian belum sepenuhnya dapat dirasakan oleh semua petani milenial, terutama di wilayah Kalimantan. Ia mengaku Kebun Oibama yang dikelola belum mendapatkan akses listrik dan jangkauan internet sangat terbatas.

Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 63 Ditutup Tanggal Berapa? Cek Jadwalnya di Sini

Halaman:

Editor: Dini Novianti Rahayu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah