Hal ini mengakibatkan banyaknya produk batik luar negeri yang memadati pasar-pasar dunia, termasuk pasar Indonesia.
“Ini sangat disayangkan, bagian destruktif dari industri yang harus kita cermati,” ujar mantan Menter Sosial (Mensos) tersebut.
Saat ini Kemenperin telah mengembangkan aplikasi Batik Analyzer untuk membedakan produk batik asli dengan prpduksi hasil tiruan.
Nantinya, Batik Analyzer akan menjadi suatu aplikasi yang dapat diinstal pada mobile phone berbasis Android dan iOS yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi Artificial Intelegence (AI).
Baca Juga: Buruh Rencanakan Mogok Nasional Protes RUU Cipta Kerja, Gatot Nurmantyo: KAMI Mendukung
Walaupun saat ini Indonesia sedang menghadapi pandemi Covid-19, bukan berarti daya produktivitas dan kreativitas berhenti.
“Industri batik diharapkan mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan. Tentu dengan cara berpikir kreatif dan inovatif melalui pemanfaatan teknologi dan sumber daya yang ada,” kata Agus.***