Melalui latihan mitigasi ini, tautan komunikasi di setiap daerah terkait operator 24/7, yang mencakup kelengkapan alat komunikasi dan kesiapan stakeholder menerima serta memahami peringatan dini tsunami dari BMKG juga dapat dievaluasi.
Baca Juga: Tolak Pengesahan UU Cipta Kerja, Denny Siregar Sindir PKS dan Demokrat
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami juga menuturkan harapannya agar kegiatan IOWave dapat menjadi ajang evaluasi SOP terhadap perkembangan sarana diseminasi WRS NewGen dan penerapan sistem mitigasi di masa pandemi.
Selain itu, Rahmat juga berharap kegiatan ini dapat memastikan kesiapan stakeholder dalam menerima informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami.
Sementara itu, menilik lonjakan kejadian gempa bumi dalam beberapa tahun terakhir, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, menekankan pentingnya melaksanakan gladi evakuasi.
“Kejadian gempa bumi sebelum 2017 rata-rata hanya 4.000-6.000 kali dalam setahun, yang dirasakan atau kekuatannya lebih dari 5 sekitar 200-an”
“Namun setelah tahun 2017 jumlah kejadian itu meningkat menjadi lebih dari 7.000 kali dalam setahun. Bahkan 2018 tercatat sebanyak 11.920 kali kejadian gempa. Ini namanya bukan peningkatan, tapi sebuah lonjakan,” ujar Dwikorita.
Baca Juga: Bersiap Luncurkan Restorasi Terumbu Karang, Pemprov Bali Geser Perekonomian dari Darat ke Laut
Melonjaknya angka gempa bumi ini menjadi hal yang diwaspadai mengingat sebagian besar tsunami di dunia dipicu oleh gempa bumi.
“Latihan ini sangat tepat untuk melatih dan menguji kecepatan kita dalam merespon peringatan dini yang sekaligus juga menguji keandalan sistem peringatan dini tersebut,” tutur Kepala BMKG tersebut.***