Hari Pahlawan Nasional, Ulama: Generasi Milenial Muslim Patut Warisi Semangat Juang para Terdahulu

- 9 November 2020, 17:07 WIB
Hari Pahlawan Nasional.
Hari Pahlawan Nasional. /Freepik./

PR DEPOK – Ulama muda kharismatik, KH Ahmad Azaim Ibrahimy mengajak generasi milenial Muslim untuk senantiasa mewarisi semangat berjuang yang telah ditunjukkan oleh para pahlawan.

Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Kabupaten Situbondo itu juga mengingatkan bahwa banyak terdapat kaum ulama yang turut berjuang demi bangsa dan negara.

“Kiai As'ad Syamsul Arifin yang membina kalangan 'bajingan' yang menjadi pasukan pelopor (Palopor) itu tidak hanya ketika pertempuran 10 November 1945. Namun, terus berlanjut dalam rangka pendampingan mereka untuk berubah menjadi lebih baik,” ujar Ahmad pada Senin, 9 November 2020 dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.

Baca Juga: Terbiasa dengan Gaya Hidup Kotor, Ilmuwan Sebut Jadi Orang India Kebal dengan Covid-19

Ia menambahkan, para 'bajingan' yang sudah insyaf itu selanjutnya juga terlibat dalam perjuangan Kiai As'ad di berbagai pertempuran lain melawan penjajah.

“Seperti di Garahan, Jember, pertempuran di Bondowoso, pertempuran di Geladak Macan, Situbondo dan Pasir Putih. Mereka adalah pasukan inti Kiai As'ad saat bergerilya,” katanya.

KH As'ad Syamsul Arifin sendiri adalah ulama besar sekaligus tokoh dari Nahdlatul Ulama (NU) dan pahlawan nasional.

“Nilai-nilai perjuangan Kiai As'ad ini bisa diterapkan oleh generasi milenial saat ini untuk senantiasa membangun jejaring sosial dalam pengertian sesungguhnya, bukan sekadar lewat cuitan atau ‘subscribe’ di media sosial (medsos),” ujarnya.

Baca Juga: Soal Video yang Seret Nama Gisel, Roy Suryo: Bentuk Pipi Beda, Tetap Kedepankan Praduga Tak Bersalah

Ahmad yang juga merupakan cucu pahlawan nasional KH As'ad Syamsul Arifin itu mengatakan, di medsos interaksi yang terjadi tidak riil, tetapi bersifat maya sehingga mudah dimanipulasi.

Ia menyebut bahwa posisi antara yang memberi dengan yang menerima ini tidak bisa diwakili oleh sinyal media elektronik, sehingga gelombang elektromagnetiknya kurang kuat.

“Transfer ilmu jauh lebih dahsyat gelombang elektromagnetiknya kalau bertatap muka (talaqqi) antara yang memberi dengan yang menerima,” ucap Ahmad.

Menurutnya, nilai itu abadi dan tidak temporer. Oleh karena itu, nilai-nilai perjuangan dari KH As'ad dalam perjuangan, seperti di pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Baca Juga: Di Hari Pahlawan 2020 Besok, Pemerintah Berikan Tunjangan Kehormatan kepada 587 Orang Keluarga

Ahmad berpendapat, apa yang dilakukan KH As'ad dapat diterjemahkan oleh generasi milenial agar mereka terus membangun jaringan kerja dalam perjuangan yang lebih luas, dan tidak hanya lokal.

“Apalagi fasilitas untuk jaringan global saat ini sudah tersedia. Pada detik yang sama di tempat berbeda, yang jaraknya ribuan kilometer bisa tersambung. Peluangnya semakin besar untuk membangun jaringan,” ujarnya.

Perihal dampak positif dan negatif dari teknologi informasi, ia menilai hal itu sebagai risiko dari pembinaan.

Hal tersebut juga ditunjukkan oleh KH As'ad yang tidak jarang menjumpai militansi dari anggota Pelopor yang belum ideal.

Baca Juga: Pakar Ungkap Dampak Kebijakan Biden terhadap Indonesia, Naiknya Investasi hingga Lapangan Kerja Baru

“Namanya masih labil, tidak jarang ada yang masih mencuri, jadi terus didampingi oleh KH As'ad. Perjuangan Kiai As'ad untuk para mantan bajingan ini tidak selesai ketika mereka sudah bergabung menjadi pasukan Pelopor,” kata Ahmad.

Bahkan, KH As'ad juga mengingatkan anggota Pelopor itu agar tidak berharap balasan tanda jasa di dunia.

“Kalau ingin berkumpul dengan saya kelak di akhirat, kalian tidak boleh mengurus sebagai veteran perang atau minta tanda jasa, begitu pesan Kiai As'ad. Bahkan mereka juga dilarang untuk dimakamkan di makam pahlawan,” ujarnya.

Ahmad mengakui ada satu-dua dari anggota Pelopor itu yang meminta pengakuan kemudian menggunakan LSM dan sebagainya yang mengajukan tuntutan kepada pemerintah.

Baca Juga: Soal Video yang Diduga Mirip Gisella Anastasia, Polisi Sebut Sudah Ada 2 Laporan yang Masuk

“Saya menjumpai dua orang itu. Itu bisa jadi dilakukan oleh Pelopor itu sendiri yang hatinya tidak istiqamah, bisa juga oleh anak turunnya yang melakukan itu untuk kepentingan pragmatis, tapi yang istiqamah jauh lebih banyak,” katanya.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah