Hari Toilet Sedunia, LIPI Sebut Sanitasi di Masyarakat Menjadi Persoalan Serius

- 19 November 2020, 21:11 WIB
AKTIVITAS warga di MCK samping sungai Cikapundung, Keluarahan Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Selasa 7 Januari 2020.*
AKTIVITAS warga di MCK samping sungai Cikapundung, Keluarahan Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Selasa 7 Januari 2020.* /ARMIN ABDUL JABBAR/PR/

PR DEPOK - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menilai isu terkait sanitasi di masyarakat.

Sanitasi di tengah masyarakat sampai saat ini dinilai masih kurang baik, hal ini dianggap sebagai persoalan serius.

Persoalan sanitasi ini sangat berpengaruh pada kesehatan, lantaran dapat menimbulkan dampak yang lebih besar.

Baca Juga: Kembali Hadir dalam Versi 3D, Warner Bros Rilis Trailer Tom and Jerry Live Action, Siap Tayang 2021

Kepala Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Herry Yogaswara menyampaikan hal tersebut dalam sambutan Webinar LIPI memperingati Hari Toilet Sedunia 2020 di Jakarta, Kamis, 19 November 2020.

"Kita dari perspektif kependudukan melihatnya sebagai hal yang serius," kata Herry seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari ANTARA.

Herry mengatakan isu sanitasi merupakan persoalan serius yang harus segera diatasi untuk menghindari dampak yang lebih serius terhadap kesehatan manusia.

Baca Juga: Menpan RB Rencanakan Perekrutan PPPK untuk Tenaga Guru Tahun Anggaran 2021

Herry menyebutkan bahwa berdasarkan data WHO, masih ada 4,2 miliar warga dunia yang tidak bisa mengakses toilet yang aman.

Bahkan, 800 juta hingga 1 miliar warga dunia juga dilaporkan masih menggunakan toilet terbuka.

Menurut Herry, kondisi tersebut sangat riskan mengingat masih banyak jenis penyakit yang dapat ditularkan melalui air dengan kondisi sanitasi yang buruk dan dapat menyebabkan kematian.

Baca Juga: Potensi Gelombang Laut hingga 5 Meter, BMKG Keluarkan Status Waspada untuk Pesisir Aceh

Herry mencontohkan, misalnya penyakit diare yang dilaporkan masih menjadi penyakit pembunuh bagi banyak orang yang tinggal di daerah dengan kondisi sanitasi dan higienitas yang kurang baik.

WHO bahkan mencatat bahwa penyakit-penyakit yang ditimbulkan dari sanitasi yang kurang baik itu merupakan 4,1 persen dari total penyebab kematian di dunia.

"Jadi saya kira ini soal yang sangat serius ketika kita berbicara tentang sanitasi yang layak," ucap Herry.

Baca Juga: E-Parlemen Kini Hadir di DPR, Mudahkan Masyarakat Sampaikan Aspirasinya ke Wakil-wakilnya di Senayan

Lebih lanjut, berdasarkan data dari Dirjen Cipta Karya Kemen PUPR, 7,61 persen rumah tangga di Indonesia masih mempraktikkan kebiasaan buang air besar sembarangan (BABS) di tempat terbuka.

Selain itu, rumah tangga yang menempati hunian dengan akses sanitasi yang layak, menurut data Susenas 2019, adalah sebanyak 77,4 persen, termasuk di dalamnya 7,5 persen sanitasi yang aman.

Herry menilai kondisi sanitasi yang kurang baik yang masih terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia saat ini tersebut perlu diperbaiki.

Baca Juga: Diiming-imingi Kuasai Ilmu Bela Diri, Seorang Pelatih Silat Tega Cabuli Puluhan Muridnya

Untuk itu, melalui peringatan Hari Toilet Sedunia 2020, LIPI ingin mendorong semua pihak untuk mendukung target pemerintah agar praktik BABS mencapai nol persen pada 2024.

LIPI juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk sama-sama memahami pentingnya sanitasi yang baik agar terhindar dari berbagai macam penyakit yang dapat ditimbulkan dari kondisi sanitasi yang tidak sehat.

"Di LIPI sendiri ada teknologi tentang toilet pengompos dan kemudian berbagai teknologi pengolahan limbah cair. Saya berharap nantinya ini bisa menjadi bagian dari upaya-upaya untuk memecahkan persoalan sanitasi," tutur Herry.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah