Tegaskan Soal Pola Pikir Cabor, Menpora: Jangan Instan dalam Pembinaan Olahraga

- 15 November 2020, 13:10 WIB
 Menpora RI, Zainudin Amali
Menpora RI, Zainudin Amali /Kemenpora/

PR DEPOK – Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali meminta pada seluruh pengurus cabang olahraga (cabor) baik di level pusat maupun daerah untuk mengubah pola pikir instan dalam pembinaan olahraga.

Zainudin bercerita bahwa kebanyakan cabor baru akan mempersiapkan diri saat ada turnamen atau kejuaraan semata.

Padahal, pembinaan harus dilakukan secara berkelanjutan dan berjenjang tanpa melihat ada turnamen atau kejuaraan.

Baca Juga: Acara Pernikahan Putri Rizieq Shihab Langgar Protokol Kesehatan, PKB Sindir Anies Baswedan

"Nah hal-hal seperti itu yang harus kita ubah. Kita biasanya mempersiapkan saat ada turnamen baik di pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Cara-cara ini tidak boleh kita pakai kalau mau berprestasi," kata Zainudin pada Minggu, 15 November 2020 di kanal YouTube resmi Kemenpora sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari ANTARA.

Menurutnya, Grand Design yang kini tengah disusun akan mengubah pola pikir tersebut.

Grand Design keolahragaan nasional memiliki sasaran jangka menengah dan jangka panjang dengan melakukan revitalisasi di berbagai jenjang pembinaan dengan dukungan sport science.

Baca Juga: Asal Usul Teori Bumi Datar

Konsep tersebut menegaskan bahwa prestasi harus dibina sejak usia dini atau saat Sekolah Dasar.

Hal itulah yang mendasari Kemenpora mencetuskan gagasan untuk menyusun Grand Design keolahragaan.

Dirinya mengatakan bahwa prestasi tersebut harus rancang (design) dan tidak bisa serta-merta menemukannya secara kebetulan.

Baca Juga: Jadi Pembicara di Acara ABIS 2020, Jokowi Sampaikan 3 Poin Utama untuk Dorong Pemanfaatan Teknologi

"Intinya adalah prestasi itu harus di-design. Kita harus membuat pabrik prestasi, tidak bisa dengan ‘nemu’ untuk dibina atau by accident setelah itu tidak ada pelapis-pelapis yang berada di bawahnya," ujarnya.

Zainudin memberi contoh Vietnam yang kini menjadi salah satu kekuatan menakutkan di Asia Tenggara khususnya di ajang sepak bola atas hasil pembinaan berjenjang serta terarah sejak 10 tahun yang lalu.

Sementara di Indonesia, menurutnya pola latihan yang diterapkan banyak yang salah kaprah.

Baca Juga: Akibat Pemanasan Global, Gletser di Tiongkok Hilang dengan Cepat

Pemain-pemain sepakbola usia dini dilatih dengan cara-cara yang tak sesuai dengan usianya.

Mereka dilatih persis seperti pola yang diterapkan untuk senior.

"Satu hari saya kunjungan ke daerah, saya ke SSB, enggak kursus enggak apa pelatihnya. Saya tanya bagaimana cara melatih? ‘Saya melatih dengan cara yang saya dapatkan waktu main di senior’. Bayangkan usia 8-10 tahun dilatih dengan cara senior, nah itu yang harus kita benahi secara perlahan-lahan," tutur Zainudin.

Baca Juga: Pemprov DKI Larang Artis Terkenal Live Music di Kafe, Anji: Bukan Artis Terkenal Tak Ada Kerumunan?

Diketahui, saat ini Grand Design keolahragaan nasional dalam tahap finalisasi dan uji publik bersama para pemangku kepentingan olahraga di beberapa daerah di Indonesia.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Youtube Kemenpora RI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah